Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Bedanya Sumpit China, Korea, dan Jepang...

Kompas.com - 24/05/2018, 20:15 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat Anda masuk ke restoran China, Korea, dan Jepang, alat makan yang digunakan biasanya adalah sumpit. Terkesan sama, tetapi ternyata ada perbedaaan jenis sumpit di ketiga negara Asia tersebut.

Sumpit China

Sumpit atau kuazi untuk kuliner China berbentuk panjang dan persegi panjang.  Ada juga yang berbentuk bulat. Namun biasanya bentuknya cenderung lebar.

Ujung sumpit biasanya tumpul. Sumpit terbuat dari bambu. Namun, bahan melamin belakangan populer karena mudah dibersihkan dan dipakai lagi. Di negara China, sumpit juga terbuat dari tulang, kayu, bahkan jamrud.

Sumpit dengan bahan tertentu digunakan untuk makanan tertentu pula. Misalnya sumpit bambu digunakan untuk makanan panas berkuah.

Sumpit dibuat sedemikian rupa agar bisa mengambil makanan yang berbentuk bulan dan kecil, seperti nasi dan kacang-kacangan.

Tata meja untuk jamuan boga ChinaThinkstock Tata meja untuk jamuan boga China
Sumpit diduga berasal dari China dan awalnya digunakan untuk memasak dan menyajikan makanan. Sumpit ini memiliki ukuran yang panjang.

Seiring dengan sumpit digunakan untuk makan, sumpit pun menjadi pendek.

Namun, dibanding sumpit Korea dan sumpit Jepang untuk makan, sumpit China memiliki ukuran yang lebih panjang.

Selain itu, sumpit China juga lebih tebal dibanding sumpit Korea dan Jepang. Sumpit yang lebih panjang ini memudahkan orang untuk mengambil makanan yang biasanya dihidangkan di tengah meja untuk dinikmatii bersama-sama. 

Sujeo, sendok dan sumpit khas Korea.Thinkstock Sujeo, sendok dan sumpit khas Korea.

Sumpit Korea

Sumpit dibawa orang China ke Korea. Ada satu ciri khas sumpit Korea atau jeotgarak yaitu bahannya yang terbuat dari logam. Untuk orang yang tak terbiasa, menggunakan sumpit khas Korea ini bisa menjadi tantangan tersendiri, karena cenderung licin.

Pada masa kerajaan di Korea, sumpit dari bahan emas, perak, dan kuningan dipakai oleh kalangan bangsawan.

Keluarga kerajaan menggunakan sumpit dari perak untuk mendeteksi ada racun arsenik atau tidak di makanan mereka.

Sumpit dari perak akan berubah warna jika tersentuk arsenik. Penggunaan sumpit dari bahan logam juga dipandang lebih bersih dan higienis.

Saat ini, sumpit di Korea biasanya terbuat dari bahan stainless steel. Bentuknya lebih ramping dibanding sumpit China. Sumpit dari logam juga aman digunakan saat makan barbeque khas Korea.

Orang Korea biasanya menggunakan dua alat makan yaitu sumpit dan dan sendok bulat dari logam, pasangan ini disebut sujeo. Karena sumpit dari logam cenderung licin, sendok digunakan untuk nasi dan sup.

Sumpit khas Jepang, nasi, dan supThinkstock Sumpit khas Jepang, nasi, dan sup

Sumpit Jepang

Sumpit Jepang (hashi atau otemoto) memiliki ukuran paling pendek jika dibandingkan sumpit China dan Korea. Orang Jepang terbiasa makan begitu dekat dengan mangkuk.

Jadi jarak antara mangkuk dengan mulut tidak terlalu jauh, sumpit panjang pun tak diperlukan. Di Jepang, sumpit panjang digunakan untuk memasak.

Selain itu, cara menaruhnya juga berbeda. Dalam tata meja China, sumpit biasanya ditaruh di sisi sebelah kanan, dengan posisi vertikal dari sisi pengguna.

Sementara itu, sumpit Jepang ditaruh secara horisontol dari sisi pengguna. Hal ini karena berbeda dengan kuliner China yang biasanya berbagi makanan di tengah, dalam kuliner Jepang, makanan disajikan dalam kotak bento atau juga umumnya sudah tertata dalam piring-piring kecil secara individu.

Bentuk ujung sumpit cenderung meruncing dan berbentuk bulat. Hal ini dipandang agar lebih pegangan kuat dan mudah mengontrol sumpit.

Ujung sumpit lebih lancip dibanding sumpit China dan Korea. Karena orang Jepang gemar makan ikan, ujung lancip ini memudahkan orang ketika mengambil tulang ikan.

Sumpit Jepang biasanya terbuat dari bambu atau kayu. Namun ada pula sumpit yang terbuat dari logam bahkan jamrud.

Belakangan, sumpit yang kerap dipakai adalah sumpit kayu atau bambu, karena mudah digunakan saat makan nasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com