Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkai Kapal Perang Vasa dengan Kisah Memalukan sekaligus Luar Biasa

Kompas.com - 04/06/2018, 16:03 WIB
Egidius Patnistik,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

Vasa benar-benar menjadi kapal perang yang mengesankan untuk dilihat, meskipun punya masalah, yaitu tidak stabil.

Salah satu sebab ketidakstabilan Vasa adalah banyaknya perubahan saat proses pembuatan. Misalnya, berdasarkan rencana awal, Hybertsson membuat  dua kapal berukuran kecil dan dua yang lebih besar. Dua yang kecil itu panjangnya 39 meter sementara dua yang lainnya berukuran 41 meter.

Pengunjug hanya bisa melihat bagian luar kapal, tidak boleh masuk ke bagian dalamnya karena pertimbangan konservasi. Bagian-bagian penting di bagian dalam seperti ruang kemudi, kabin para awak dan nakoda,  dibuatkan tiruannya dan dipajang di bagian lain di museum itu. Kompas.com/Egidius Patnistik Pengunjug hanya bisa melihat bagian luar kapal, tidak boleh masuk ke bagian dalamnya karena pertimbangan konservasi. Bagian-bagian penting di bagian dalam seperti ruang kemudi, kabin para awak dan nakoda, dibuatkan tiruannya dan dipajang di bagian lain di museum itu.
Awalnya, Vasa merupakan salah satu dari dua kapal yang kecil itu. Ketika selesai, Vasa berubah menjadi salah satu yang besar.

Para pejabat angkatan laut Swedia masa itu tampaknya sudah menyadari masalah yang ada pada Vasa. Pada musim panas 1628, kapten yang mengawasi pembangunan kapal, Söfring Hansson, memanggil Wakil Laksamana Klas Fleming ke Vasa.

Hansson khawatir dan menyatakan keprihatinannya kepada laksamana itu bahwa kapal tersebut tidak stabil, dan tidak aman untuk berlayar.

Untuk membuktikan hal itu, si kapten menyuruh 30 awaknya berlari bolak-balik di dek. Kapal pun oleng. Khawatir Vasa akan tenggelam jika orang-orang itu terus berlari, Fleming perintahkan demonstrasi itu dihentikan.

Meskipun demikian, Fleming, yang berada di bawah tekanan raja, memerintahkan sang kapten untuk tetap berlayar.

Kapal Tenggelam

Pada 10 Agustus 1628, Vasa memulai pelayaran perdananya. Sekitar 1.300 meter kemudian, embusan angin menerpa kapal. Kapal oleng dan air mengalir masuk. Dalam beberapa menit, Vasa tenggelam. Sejumlah awaknya tewas.

Penyelidikan segera diluncurkan setelah itu. Kesalahan ditimpakan pada Hybertsson. Ahli kapal, yang sudah meninggal itu tentu tidak bisa membela diri dan tidak bisa dihukum pula. Dengan demikian, kasus itu ditutup.

Namun, Vasa tidak sepenuhnya dilupakan. Beberapa dekade setelah tragedi itu, sejumlah upaya dilakukan untuk menaikkan kapal dari dasar laut. Namun tidak berhasil.

Pada tahun 1660-an, tim penyelam berhasil menyelamatkan sejumlah meriam kapal. Vasa kemudian ditinggalkan sendirian di dasar Laut Baltik, dan memudar dari ingatan manusia.

Tahun 1950-an, muncul lagi upaya untuk mengangkat bangkai kapal itu.

Upaya mengangkat kapal itu akhirnya berhasil tahun 1961, atau setelah 333 tahun kapal terkubur di dasar laut di depan Kota Stockholm.

Kondisi air tempat Vasa berada justru membuat kapal itu awet dan nyaris utuh 100 persen. Setelah kapal itu diangkat dari laut, kondisinya justru mulai memburuk dan menuntut perawatan. Upaya perawatan berlangsung hingga saat ini.

Namun, Vasa terus menarik perhatian di Swedia. Kapal itu menjadi simbol masa adikuasa negara itu, saat Swedia merupakan kekuatan utama di Eropa, dan memegang kendali atas sebagian besar wilayah Baltik.

Turis pun kini datang berbondong-bondong. Juru bicara museum itu, Martina Siegrist Larsson, mengonfirmasi hal itu. 

“Kami memiliki sebuah penawaran yang sangat menarik, kapal yang hampir berusia 400 tahun dalam kondisi hampir sempurna, dan menurut saya jumlah pengunjung itu merupakan tanda persetujuan akan hal itu,” kata Martina Siegrist Larsson kepada The Local.

Kepala museum, Lisa Månsson, dalam sebuah pernyataan mengemukakan, “Salah satu alasan utama keberhasilan adalah kami dapat menawarkan kepada banyak pengunjung kesempatan untuk ambil bagian dalam sejarah Vasa dalam bahasa mereka sendiri. Pada puncak musim kunjungan, kami punya staf museum yang berbicara total 14 bahasa. Itu berarti, kami dapat memamerkan kapal sambil menawarkan pengalaman yang dipersonalisasi, yang melampaui batas budaya.” 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com