Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantai Menganti dan Dua Kawasan Wisata Ini Berkembang di Tangan Warga

Kompas.com - 07/06/2018, 10:24 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengelolaan kawasan wisata di Indonesia ada yang dikelola pemerintah, swasta, dan swadaya masyarakat. 

Kawasan wisata yang dikelola pemerintah swasta biasanya dilengkapi sarana prasarana yang memadai.

Sementara, kawasan wisata yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat memiliki dana yang terbatas.

Meski dikelola dengan dana terbatas, ternyata sejumlah kawasan wisata bisa berkembang dengan baik.

Tiga di antaranya adalah Pantai Menganti di Kebumen, Jawa Tengah; Bangsring Underwater, Jawa Timur, dan Teluk Kiluan, Lampung. 

Pantai Menganti, Kebumen

Pantai ini terletak di barat Kabupaten Kebumen, tepatnya di Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah.  

Menganti menyuguhkan pemandangan pantai yang tak biasa.

Selain berpasir putih, batuan purba bekas gunung berapi bawah laut di masa lalu juga hadir di pantai yang dipagari hijaunya bukit-bukit kapur ini.

Sebelumnya, hanya ada deretan perahu nelayan dan Tempat Pelelangan Ikan yang riuh dengan aktivitas jual beli saat hasil tangkapan dinaikkan.

Kemudian, pada 2008, pantai ini dikelola secara swadaya oleh pemerintah desa setempat bekerja sama dengan pelaksana lapangan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Perhutani tanpa campur tangan pemerintah daerah.

Pantai Menganti di Kebumen, Jawa TengahKOMPAS.com/LUTFIA AYU AZANELLA Pantai Menganti di Kebumen, Jawa Tengah

Fokus yang ingin diangkat adalah pengembangan wisata bahari dan wana yang menjunjung kearifan lokal.

Satu per satu fasilitas dan sarana dibuat, seperti perbaikan jalan, penyediaan kantong parkir, toilet, tempat ibadah, penginapan, hingga beragam atraksi wisata sudah berdiri di kawasan Pantai Menganti.  

Pada 2015, pantai ini terpilih sebagai tempat penyelenggaraan lomba selancar internasional.

Pantai yang awalnya hanya diketahui oleh masyarakat sekitar, kini semakin banyak dikunjungi masyarakat yang datang dari berbagai daerah di luar Kebumen.

Berdasarkan keterangan Ketua Karang Taruna Desa Karangduwur, Sentanu, omset yang didapatkan pada musim liburan seperti Lebaran tahun lalu mencapai lebih dari Rp 1 miliar.

Hal ini tentu berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar.

Masyarakat mendapatkan penghasilan dengan membuka usaha di sekitar lokasi wisata.

Apalagi, dengan adanya kebijakan yang mengkhususkan hanya masyarakat Desa Karangduwur yang bisa memanfaatkan pantai sebagai ladang usaha.

Perekonomian daerah juga semakin terangkat.

Bangsring Underwater, Banyuwangi

Berjarak 30 menit dari Bandara Banyuwangi, pantai berpasir hitam di Kabupaten Banyuwangi ini awalnya tidak dilirik sebagai tempat wisata karena keadaannya yang kotor dan rusak.

Terumbu karang di Pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (24/3/2016).KOMPAS/ICHWAN SUSANTO Terumbu karang di Pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (24/3/2016).
Menurut kriteria Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, terumbu karang di perairan Bangsring masuk kategori rusak parah karena lebih dari 80 persen dalam keadaan rusak akibat pengeboman yang dilakukan nelayan untuk mencari ikan.

Perlahan, ikan mulai sulit ditemukan di perairan itu.

Masyarakat mulai menyadari kesalahannya dan memperbaiki keadaan pantai.

Dimotori oleh seorang pemuda bernama Ikhwan Arief, masyarakat dan nelayan bahu membahu memperbaiki ekosistem dengan melakukan penanaman mangrove, konservasi terumbu karang dan menjaga kebersihan pantai.

Secara aktif, masyarakat dan nelayan sekitar melakukan pengawasan di sekitar wilayah pantai sehingga tidak ada lagi penangkapan ikan yang dilakukan secara ilegal.

Saat ini, keadaan terumbu karang di Bangsring sudah membaik dan dibuka untuk kawaasan wisata dengan nama Bangsring Underwater.

Kini, masyarakat bisa melihat keindahan selat Bali sekaligus menikmati keindahan bawah laut Bangsring dengan melakukan snorkelling ataupun sekadar bermain wahana air seperti banana boot di pantai ini.

Kawasan ini juga berhasil menjadi nominasi dari United Nation World Tourism Organization (UNWTO) Awards untuk kategori Innovation in Non-Govermental Organization yang bertema Fisherman and The Act for Biodiversity Program.

Teluk Kiluan, Lampung

Tempat wisata ini terletak di Desa Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, 7-10 jam dari Kota Bandar Lampung.

Desa ini belum mendapatkan aliran listrik PLN. Teluk Kiluan masih sangat alami dan terjaga.

Wisatawan yang datang ke sana bisa mendapatkan suasana yang bertolak belakang dengan ramainya kehidupan kota.

Kawasan ini dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat. Mereka menyewakan rumah sebagai homestay dengan tarif yang bisa dinegosiasikan.

Sejumlah wisatawan, Minggu (10/11/2013), berburu foto lumba-lumba di perairan terbuka Teluk Kiluan, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Sebagian warga di lokasi tersebut kini mengandalkan jasa pariwisata sebagai sumber mata pencarian.KOMPAS/INGKI RINALDI Sejumlah wisatawan, Minggu (10/11/2013), berburu foto lumba-lumba di perairan terbuka Teluk Kiluan, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Sebagian warga di lokasi tersebut kini mengandalkan jasa pariwisata sebagai sumber mata pencarian.

Selain itu, masyarakat juga menyewakan perahu untuk mengamati aktivitas lumba-lumba yang kerap melewati kawasan ini.

Meski dikelola secara swadaya, masyarakat Teluk Kiluan sadar akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Lokasi wisata ini dikelola dengan konsep ekowisata sehingga ramah lingkungan.

Sebagai perairan yang kerap dillintasi kawanan lumba-lumba, Teluk Kiluan banyak didatangi wisatawan baik dari domestik maupun manca negara untuk berburu hoki menyaksikan kawanan lumba-lumba.

Kompas TVSelain dipakai sebagai tempat ibadah Masjid juga memiliki fungsi sebagai tempat berbagi wawasan ilmu agama atau akhirat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com