Cara seperti ini terus berlangsung hingga 1912. Setelah itu, fungsi kuda sebagai penarik kereta penumpang digantikan oleh lokomotif.
Namun, lokomotif ini disebut mirip stoomwels yang digunakan untuk mengeraskan jalan, dilengkapi dengan handel maju mundur.
Lokomotif berbentuk persegi, tanpa stokker, dan hanya dijalankan oleh masinis.
Dengan model lokomotif seperti ini, sulit untuk menghindar jika terjadi bahaya dalam perjalanan. Kemudian, ditambah personel tukang rem dan personel lain yang akan membantu saat kereta beroperasi.
Lokomotif ini diberi nomor seri 201 sampai 210.
Lokomotif dan rel "bergigi gelap" satu-satunya di Trayek Bedono-Gemawang
Sementara itu, untuk relasi antara Magelang ke Ambarawa, dengan jalur yang menanjak, perusahaan kereta api yang membuka trayek ini menggunakan lokomotif dan rel "bergigi gelap".
Lokomotif model ini merupakan satu-satunya di Pulau Jawa.
Pada trayek ini, kereta api menggunakan dua buah loko, yaitu di depan dan di belakang.
Jika kondisi jalan menanjak, loko bergigi gelap ditaruh di belakang. Sementara, ketika jalan menurun, maka loko ditaruh di depan.
Buka trayek di Pulau Jawa
Pada masa itu, ada lebih dari 10 perusahaan kereta api yang membuka trayek di Pulau Jawa, baik milik negara maupun swasta.
Salah satunya adalah NIS atau Nederland Indische Stoomtram Mi.
Perusahaan swasta yang didirikan pada 1864 ini awalnya berpusat di Yogyakarta, kemudian pindah ke Semarang.
NIS merupakan perusahaan kereta api paling kuat dan mempunyai jarak trayek yang paling panjang.