PASURUAN, KOMPAS.com - Lontong kupang khas Pasuruan, Jawa Timur, terus lestari hingga kini.
Hampir 50 tahun, lontong kupang eksis jadi pilihan wisata kuliner di jalur Pantai Utara Jawa itu. Salah satu gerai yang menjual kuliner ini adalah Warung Lontong Kupang Bu Ning.
Generasi ketiga penjual Warung Lontong Kupang Bu Ning, Nafisha Melly (31), merupakan salah satu pelestari kuliner berbahan hewan laut itu. Ia mengingat cerita-cerita perjalanan lontong kupang sejak zaman neneknya.
"Dulu mba saya, Hajjah Komariah mulai berjualan tahun 1969. Dulu belum ada yang jual kupang," kata Melly kepada KompasTravel di sela-sela perjalanan Merapah Trans Jawa 3 Kompas.com di warungnya.
"Dulu itu kupang itu kadang ada kadang enggak. Kalau sekarang, mesti ada," ujarnya.
Baca juga: Cuma Safari Run di Pasuruan, Lari Ditemani Gajah dan Jerapah
Resep kuliner lontong kupang dari zaman nenek Melly pun masih dijaga. Menurut Melly, tak ada perubahan komposisi bumbu maupun rasa lontong kupang.
Melly berkelakar neneknya mulai berjualan di dekat Pasar Keraton. Dari dulu, hingga sekarang, warungnya tak pernah pindah.
Lontong kupang merupakan salah satu kuliner khas dari Pasuruan. Namun, lontong kupang sendiri bisa ditemukan di Surabaya, Sidoarjo dan kabupaten-kabupaten lain di Jawa Timur.
"Lontong kupang ini aslinya dari Pasar Keraton. Dibawa ke Probolinggo, Malang, Surabaya, Pasuruan. Pedagang-pedagang ambil kupangnya di Pasuruan. Ambilnya itu dari Pasar Tambakrejo," jelasnya.
Antara kupang khas Pasuruan dan lainnya pun punya perbedaan. Menurut Melly, bumbu petis di Pasuruan terbuat dari bahan kupang, sedangkan Surabaya dan Sidoarjo dari udang.
Kupang biasanya hidup di karang-karang laut. Nelayan-nelayan di pesisir utara Pantai Jawa menangkapnya sebagai tambahan penghasilan.
"Sekarang banyak pemuda-pemuda nelayan itu ambil kupang. Mereka ambil di tengah laut. Kupang biasanya nempel di tengah-tengah karang," tambahnya.