SURAKARTA, KOMPAS.com - Minggu (10/6/2018) sore, cuaca cerah di Kota Solo. Menjelang berbuka, sekitar 30 orang berkumpul untuk melakukan napak tilas di sebuah kampung bersejarah di kota ini.
Kampung Kauman Mangkunegaran, demikian masyarakat Solo mengenalnya.
Kegiatan napak tilas sejarah Kampung Kauman Mangkunegaran digagas dan dipandu oleh sebuah komunitas sejarah dan budaya Kota Solo, Solo Societeit.
Tak hanya napak tilas, para peserta juga mengikuti diskusi tentang sejarah Kampung Kauman Mangkunegaran.
Kampung Kauman Mangkunegaran terletak di Kestalan, Banjarsari.
“Ramadhan seperti ini kita akan bahas masalah Kauman, itu kan tentang agama Islam,” kata pendiri Komunitas Solo Societeit, Heri Priyatmoko.
Ada tiga situs bersejarah yang akan akan dikunjungi pada napak tilas kali ini, yaitu Makam Anak Mangkunegara IV, Langgar Rawatib, dan Kediaman Pangeran Sambernyowo (Dalem Mangkuyudan).
Sejarah Kampung Kauman
Sekilas, tak ada yang istimewa dengan kampung ini. Semua jalur yang disusuri tak tampak berbeda dari kampung pada umumnya.
Menyusuri gang-gang kecil, akhirnya sampailah di tengah Kampung Kauman.
Keramahan terasa saat memasuki kampung ini. Bertegur sapa dengan para ibu dan warga yang tengah beraktivitas.
Ada yang tengah petan, ada yang tengah menjemur kerak nasi, ada pula yang terlihat sibuk mempersiapkan santapan berbuka puasa.
Sejarahnya, Kauman merupakan sebuah wilayah khusus dalam Kerajaan Mataram Islam yang di dalamnya terdapat banyak kaum (ahli agama), dan kegiatan keagamaan, termasuk di Kadipaten atau Praja Mangkunegaran ini.
Kampung Kauman yang dulu pernah ada, dilengkapi dengan Masjid Nagari.