Peserta juga ditunjukkan lokasi yang pernah menjadi tempat berdirinya Masjid Nagari.
Menurut informasi, pada tahun 1870-an Masjid Nagari dipindah ke barat Pura Mangkunegaran dan kini bernama Masjid Al Wustho.
Ketiga situs yang dikunjungi pada napak tilas sore itu, benar-benar berada di tengah permukiman masyarakat.
Situs pertama yang dikunjungi adalah makam anak Mankunegara IV. Di lokasi ini, terdapat empat makam kecil dan satu makam besar.
Konon, makam-makam ini merupakan makam anak Mangkunegara IV, yang tidak diketahui namanya.
Selanjutnya, peserta diajak mengunjungi Langgar Rawatib. Langgar ini didirikan oleh Muhammad Habib pada 1935.
Kala itu, langgar dibangun karena tak ada rumah ibadah di Kampung Kauman setelah Masjid Nagari dipindah.
Destinasi terakhir adalah Dalem Mangkuyudan yang merupakan kediaman Pangeran Sambernyowo.
Pangeran Sambernyowo adalah Mangkunegara I. Saat ini, rumah ini didiami oleh keluarga Mintorogo.
Yang muda yang suka sejarah
Ada yang siswa SMA, pemandu wisata, dan mereka yang memang penasaran dengan kisah kampung ini.
Salah satu peserta bahkan datang dari Yogyakarta, Pandji Saputra.
“Saya daftar jelajah yang sesi pertama, tapi kehabisan kuota. Jadi saya ikut yang sesi kedua ini. Dari Jogja naik motor ke Solo,” kata Pandji.
Setelah napak tilas selama lebih kurang 30 menit, para peserta berdiskusi di Dalem Mangkuyudan.
Materi disampaikan oleh pendiri Solo Societeit yang juga seorang sejarawan, Heri Priyatmoko, dan Dani Saptoni. Diskusi berlangsung serius tapi santai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.