Ketika ditanya mengenai Kauman, warga Solo pasti akan menunjuk sebuah tempat di sebelah Masjid Agung Surakarta.
Pendiri Solo Societeit yang juga sejarawan, Heri Priyatmoko berpendapat, hal ini membuat seolah eksistensi dari Kampung Kauman Mangkunegaran hilang.
Sebenarnya, Kampung Kauman Mangkunegaran sudah ada sejak zaman Mangkunegara I. Lokasinya masih sama dengan yang sekarang berada di utara Kali Pepe.
Baca juga: Belajar Sejarah Islam di Kampung Kauman
Dua papan nama kampung di utara dan selatan perempatan merupakan bukti kampung ini masih ada.
Wilayah Kampung Kauman memanjang dari utara Kali Pepe hingga depan Pasar Legi.
Oleh karena itu, Mangkunegara I hanya membuat pasar untuk perekonomian dan religi.
"Tercatat dalam Babad Panambangan, lebih dari 80 orang sebagai warga Kauman. Warga Kauman tersebut menguatkan identitas Kauman sebagai kampung religi pada masa Mangkunegara I," kata Heri Priyatmoko.
Masjid tersebut dipindahkan ke barat Puro Mangkunegaran pada tahun 1878. Eksistensi Kauman sebagai kampung religi lantas redup.
"Dibedolnya masjid ini berdampak pada menurunnya peran dari ulama yang ada di Kauman," ujar Heri.
Selain berkurangnya peran ulama, regenerasi ulama juga tidak ada, karena masjid sebagai sentralnya sudah dipindahkan.
Saat itu, pada masa Mangkunegara IV, yang difokuskan adalah sektor ekonomi. Masa Mangkunegara IV juga meninggalkan banyak utang yang menjadi beban penerusnya.
Dengan terfokus kepada sektor ekonomi, sektor religi semakin tidak diperhatikan.
Penyebab lain redupnya eksistensi Kampung Kauman karena Mangkunegara I dan penerusnya tidak menggunakan gelar Sayidin Panatagama.
Penggunaan gelar tersebut untuk menjaga aktivitas keagamaan di Kauman.
Akibatnya lama kelamaan, eksistensi Kampung Kauman kehilangan jati dirinya sebagai kampung religi.