Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengulik Sejarah Kampung Kauman Mangkunegaran...

Kompas.com - 11/06/2018, 15:02 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

SURAKARTA, KOMPAS.com - Di sejumlah daerah, ada yang wilayah yang disebut dengan "Kampung Kauman".

Sejak Mataram Islam berdiri, Kampung Kauman merupakan komponen utama yang harus ada.

Kampung Kauman sebagai salah satu pilar dalam penyebaran agama Islam sejak Istana Demak berdiri. 

Di Surakarta, ada Kampung Kauman Mangkunegaran. Sebelum mengulik sejarah Kampung Kauman Mangkunegaran, perlu diketahui sekelumit cerita mengenai sejarah Kampung Kauman secara umum.

Kaum dan Iman

Kauman berasal dari kata "Kaum dan Imam".

Maknanya, Kampung Kauman ditempati oleh sekelompok orang yang memahami ilmu agama dan menjalankan fungsi religi untuk mendukung proses penyebaran agama Islam.

Kala itu, kaum abangan masih banyak. Dengan adanya Kampung Kauman, diharapkan bisa menjadi jembatan untuk menyadarkan serta memberikan dakwah mengenai keislaman.

Kauman dikepalai oleh seorang pemimpin yang biasanya disebut Penghulu.


Baca juga: Suatu Sore, Napak Tilas Kampung Kauman Mangkunegaran...

Penghulu ini bertanggung jawab atas Kampung Kauman dan aktivitas dakwah pada masa itu. Pembantu penghulu juga berdiam di Kampung Kauman.


Ketib atau Khatib yang merupakan pembantu penghulu bertugas sebagai orang yang memberikan khotbah shalat Jumat dan bertindak sebagai imam.

Selain itu, ada pula yang disebut "Modin". Modin adalah orang yang bertugas untuk memukul beduk menjelang waktu shalat dan mengumandangkan azan.

Modin mempunyai pembantu. Orang yang membantu tugas modin ini disebut qoyyim.

Terakhir, ada yang disebut "marbot", yaitu orang yang bertugas mengurusi kebersihan masjid hingga menyediakan perlengkapan shalat.


Kampung Kauman Mangkunegaran

Bagaimana dengan sejarah Kampung Kauman Mangkunegaran yang ada di Surakarta?

Para peserta napak tilas Kampung Kauman Mangkunegaran, Minggu (10/6/2018).KOMPAS.com/ASWAB NANDA PRATAMA Para peserta napak tilas Kampung Kauman Mangkunegaran, Minggu (10/6/2018).
Sebuah komunitas sejarah dan budaya Kota Solo, Solo Societeit, mengadakan kegiatan napak tilas dan diskusi mengenai sejarah Kampung Kauman Mangkunegaran, Minggu (10/6/2018).

Kegiatan yang diikuti sekita 30 orang ini melakukan napak tilas di tiga situs bersejarah Kampung Kauman Mangkunegaran, yaitu makam anak Mangkunegara I, Langgar Rawatib, dan Rumah Pangeran Sambernyawa. 

Kampung Kauman Mangkunegaran berada di depan Pasar Legi, tepatnya sebelah utara Puro Mangkunegaran.

Baca juga: Kauman Solo yang Melintasi Zaman

Eksistensi Kampung Kauman di Mangkunegaran saat Ramadhan tak sebesar yang terjadi di Kasultanan, Kasunanan,  dan Pakualaman.

Ketika ditanya mengenai Kauman, warga Solo pasti akan menunjuk sebuah tempat di sebelah Masjid Agung Surakarta.


Pada umumnya, mereka tidak mengetahui, bahwa sebenarnya Solo punya Kampung Kauman milik Mangkunegaran.

Pendiri Solo Societeit yang juga sejarawan, Heri Priyatmoko berpendapat, hal ini membuat seolah eksistensi dari Kampung Kauman Mangkunegaran hilang.

Sebenarnya, Kampung Kauman Mangkunegaran sudah ada sejak zaman Mangkunegara I. Lokasinya masih sama dengan yang sekarang berada di utara Kali Pepe. 

 
Jejak mengenai Kampung Kauman Mangkunegaran saat ini masih bisa ditemukan.

Baca juga: Belajar Sejarah Islam di Kampung Kauman

Dua papan nama kampung di utara dan selatan perempatan merupakan bukti kampung ini masih ada.

Wilayah Kampung Kauman memanjang dari utara Kali Pepe hingga depan Pasar Legi.


Wilayahnya berbatasan dengan Pringgading di sebelah timur dan berimpitan dengan Jageran dan Ngebrusan di sebelah Barat.

Diskusi setelah napak tilas sejarah Kampung Kauman Mangkunegaran, Minggu (10/6/2018).KOMPAS.com/LUTFIA AYU AZANELLA Diskusi setelah napak tilas sejarah Kampung Kauman Mangkunegaran, Minggu (10/6/2018).
Setelah Perjanjian Salatiga tahun 1757, Mangkunegara disediakan tempat tinggal di rumah Tumengung Mangkuyuda.

Kelak, di sini lah dibangun Kampung Kauman oleh Mangkunegara I.
 
Melalui Perjanjian Salatiga juga, Mangkunegara I tidak diperbolehkan untuk membuat alun-alun, mengingat posisinya sebagai daerah Praja.

Oleh karena itu, Mangkunegara I hanya membuat pasar untuk perekonomian dan religi.

"Tercatat dalam Babad Panambangan, lebih dari 80 orang sebagai warga Kauman. Warga Kauman tersebut menguatkan identitas Kauman sebagai kampung religi pada masa Mangkunegara I," kata Heri Priyatmoko.


Namun, kondisinya berubah sejak Masjid Nagari di Kauman dipindahkan oleh Mangkunegara IV.

Masjid tersebut dipindahkan ke barat Puro Mangkunegaran pada tahun 1878. Eksistensi Kauman sebagai kampung religi lantas redup.

"Dibedolnya masjid ini berdampak pada menurunnya peran dari ulama yang ada di Kauman,"  ujar Heri.

Selain berkurangnya peran ulama, regenerasi ulama juga tidak ada, karena masjid sebagai sentralnya sudah dipindahkan.

Saat itu, pada masa Mangkunegara IV, yang difokuskan adalah sektor ekonomi. Masa Mangkunegara IV juga meninggalkan banyak utang yang menjadi beban penerusnya.


Pada 1861, Mangkunegara IV membangun Pabrik Gula Colomadu dan Tasikmadu pada 1871 untuk menunjang sektor ekonomi Mangkunegaran.

Dengan terfokus kepada sektor ekonomi, sektor religi semakin tidak diperhatikan.

Penyebab lain redupnya eksistensi Kampung Kauman karena Mangkunegara I dan penerusnya tidak menggunakan gelar Sayidin Panatagama.


Pemberian gelar ini akan memberikan beban secara moral untuk penyuksesan program penyebaran Islam, seperti yang dilakukan Kasunanan dan Kasultanan.

Penggunaan gelar tersebut untuk menjaga aktivitas keagamaan di Kauman.

Akibatnya lama kelamaan, eksistensi Kampung Kauman kehilangan jati dirinya sebagai kampung religi.

 
Kompas TV Tak hanya jemaah dari semarang, tradisi semaaan juga diikuti oleh warga dari berbagai daerah, seperti Kendal, Demak, dan Kudus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com