SURAKARTA, KOMPAS.com – Solo Societeit. Komunitas Sejarah dan Budaya Solo ini baru terbentuk pada 6 Mei 2018.
Pendirinya adalah Heri Priyatmoko, seorang sejarawan yang juga akademisi Jurusan Sejarah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Solo Societeit terbentuk karena adanya kegelisahan terhadap situs sejarah yang terabaikan di Surakarta, dan minimnya kontribusi masyarakat dalam bidang kebudayaan terutama kalangan generasi muda.
Kini, ada 10 orang penggerak yang tergabung dalam Solo Societeit, dengan latar belakang berbeda, tetapi punya ketertarikan sama terhadap sejarah.
Baca juga: Mengulik Sejarah Kampung Kauman Mangkunegaran...
“Lintas disiplin, sastra Jawa, manajemen, komunikasi, bagaimana lintas keilmuan ini bisa menyatu dalam gerakan yang sama. kita buat wadah Solo Sicieteit. Jadi tidak ada sentrisme di sini, semua bisa berkontribusi,” kata Heri, saat ditemui di sela jelajah situs bersejarah di Kampung Kauman Mangkunegaran, Minggu (10/6/2018).
Meski baru sebulan berdiri, Solo Societeit sudah melakukan beragam kegiatan, seperti diskusi, bincang sejarah, dan napak tilas situs-situs bersejarah.
Heri mengatakan, melalui Solo Societeit, ia ingin mengajak masyarakat mengetahui sejarah yang menjadi asal mula serta identitas masyarakat itu sendiri.
“Sejarah ini kita sampaikan secara santai, lewat dongeng, lagu, mengunjungi situs. Jadi kami outdoor bukan diskusi kelas yang membosankan. Belajar sejarah ini kan mengasyikkan, jangan dibuat tegang,” kata Heri.
Baca juga: Suatu Sore, Napak Tilas Kampung Kauman Mangkunegaran...
Dalam penyampaiannya, Solo Societeit berupaya menghadirkan data dan sumber yang valid. Para peserta juga bisa secara aktif menyampaikan pendapat dalam diskusi jika memiliki data yang berbeda.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan