Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Ketupat Selalu Ada di Lebaran Indonesia?

Kompas.com - 14/06/2018, 10:29 WIB
Mikhael Gewati,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dengan tangan telaten Yuli memasukkan beras yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan ke dalam anyaman pucuk daun kelapa berbentuk kantong segi empat.

Sesudah terisi tiga perempat beras, ia pun menutup kembali lubang yang ada di ujung kantong dengan cara merapatkan kembali janur.

Hal itu dia lakukan terus menerus sampai seluruh kantong janur yang akan dimasaknya terisi beras.

Sesudah semua terisi, barulah kantong-kantong itu dimasukan ke dalam panci berisi air untuk direbus minimal 4 jam hingga menjadi ketupat.

Selain membuat ketupat untuk keluarganya sendiri, ibu yang bermukim di Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat ini, juga memasak ketupat pesanan keluarga muslim yang ada di sekitarnya.

Menjelang Idul Fitri, banyak umat Islam di Indonesia memasak ketupat untuk dihidangkan sebagai menu utama di hari raya Lebaran.

Namun, karena proses memasak ketupat yang ribet dan memakan waktu lama, sebagian keluarga muslim lebih memilih membeli ketupat yang sudah jadi ketimbang memasaknya sendiri.

Nah, untuk alasan itulah Yuli memasak banyak ketupat. Ia membandrolnya dengan harga cukup terjangkau, yaitu Rp 2.000 per ketupat ukuran sedang.

Selain Yuli, masih banyak orang lain di luar sana yang menjual ketupat matang untuk keperluan hari taya Idul Fitri.

"Tiap Lebaran ya harus ada hidangan ketupat karena sudah tradisi," kata Suripah, salah satu  warga di Kedoya Utara yang memesan ketupat matang di Ibu Yuli, Kamis (14/6/2018).

Bukan tanpa sebab pula hidangan yang berasal dari beras atau ketan ini menjadi hidangan tradisi merayakan Lebaran di Indonesia.

Menurut catatan sejarah, ketupat lekat dengan Islam bermula dari masa Sunan Kalijaga melakukan syiar Islam pada abad ke 15 hingga 16 Masehi.

Makna ketupat

Penulis buku "Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia" Fadly Rahman mengatakan, Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai-nilai ke-Islaman.

Ketupat atau disebut kupat oleh masyarakat Jawa dan Sunda, menurut Fadly, menyimbolkan dua hal, yakni ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan dan laku papat atau empat laku yang juga tercermin dari wujud empat sisi dari ketupat.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com