Wisata Sepeda Laut, Cara Asyik Menikmati Pesona Pantai Binuang Polman

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Wisata sepeda laut adalah salah satu wahana wisata baru yang ditawarkan pengelola obyek wisata di Bajoe, Desa Rea, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat sebagai wahana hiburan di musim libur lebaran.

Sepeda laut menjadi cara baru menikmati pesona pantai dan keindahan panorama laut Binuang. Menikmati terumbu karang cantik tempat berbagai biota laut hidup dan keindahan pantai Binuang yang asri dijamin bisa membuat wisatawan pulang dengan perasaan fresh alias segar.

Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Perahu Cadik Bali yang Terbakar di Museum Bahari

Sepeda laut yang bisa menguji adrenalin anda menantang gelombang sambil menyaksikan keindahan panorama bawah laut seperti terumbu karang yang dihuni berbagai jenis biota laut dan tentu saja dengan pemandangan panorama pantai yang indah.

Untuk menarik dan mennahgkap peluang bisnis wisata, menyusul makin tingginya minat wisatawan berkunjung termasuk di libur lebaran, warga setempat makin kreatif menciptakan wahana wisata baru untuk menarik minat wisatawan.

Sepeda air yang dirakit sendiri oleh Sunusi merupakan salah satu tokoh masyarakat setempat yang terpanggil berkontribusi untuk membuat sepeda laut.

Baca juga: Ada Kapal dari Papua, Ini Koleksi Bersejarah di Museum Bahari

Sepeda yang dirakit mengggunakan kombinasi perahu tersebut, dapat digunakan pengunjung atau wsiatawan menyusuri pesisir pantai sambil menyaksikan keindahan pantai dan panorama bawa laut yang cantik.

Menurut Sunusi, awalnya ia terinspirasi oleh temannya yang mengajaknya menyeberangi laut ke Pulau Pasir Putih. Dari situlah muncul ide membuat sepeda laut.

Dana yang diinvestasikan Sunusi untuk merakit satu buah sepeda laut ini menghabiskan dana sekitar Rp 3,7 juta per satu unit sepeda.

Agar sepeda tidak tenggelam, sepeda laut ini ditopang oleh dua pelampung yang terbuat dari fiber yang dibentuk menyerupai perahu.

Untuk menjalankan sepeda tanpa mesin ini Sunusi memasang baling-baling dan rantai agar bisa berputar seperti baling-baling mesin yang menggerakkan perahu atau kapal.

Sementara untuk kemudi, Sunusi memasang lempengan dari besi yang berada dibawah setir atau kemudi yang bisa digerakkan ke kiri atau ke kanan.

Sunusi mengerjakan sepeda laut ini secara manual mengaku memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan satu unit sepeda air. Tak ada kesulitan yang dihadapi oleh laki-laki berusia 41 tahun tersebut. Sebab, saat merakit dia melihat tutorial di Youtube.

Bahan-bahan yang digunakan adalah barang yang dirakit sendiri. Kerangka besi sepeda misalnya, Sunusi menggunakan besi khusus stainless agar tidak mudah berkarat. Sementata untuk bahan lainnya, didapatkan dari bengkel sepeda.

Meski bari sebulan dibuka dan disosialisasikan namun jumlah peminat terus bertambah. Pengunjung bukan hanya wisatawan lokal, namun juga berasal dari luar daerah seperti Parepare, Makassar. Biasanya pengunjung ramai pada hari libur.

Untuk tarifnya, pengunjung hanya membayar sewa Rp 10.000 per jam. "Saya buka dari pagi hingga sore hari. Biasanya sore paling banyak pengunjung," katanya.

Sunusi berencana kembali merakit sepeda air dengan ukuran beragam agar bisa digunakan segala usia dengan nyaman dan santai sambil menikmati liburan, termasuk sepeda untuk anak-anak.

Terbatasnya modal usaha menjadi alasan Sunusi yang baru memiliki belasan sepeda laut. Saat kunjungan wisatawan mebeludak seperti hari libur lebaran, wisatawan kerap harus antre menikmati sepeda laut, karena jumlah sepeda laut terbatas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.