Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bacang di Indonesia yang Beradaptasi dengan Rasa Lokal

Kompas.com - 19/06/2018, 20:26 WIB
Silvita Agmasari,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Festival Peh Cun yang jatuh setiap tanggal lima bulan lima dalam kalender China masih dirayakan oleh masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia.

Selain sembahyang, makan bacang jadi seuatu kewajiban yang tak tertulis dalam perayaan tersebut. Uniknya bacang di Indonesia memiliki perbedaan dengan bacang di China.

"Nyaris tidak ada bedanya. Sedikit pembedanya mungkin tambahan rasa manis-gurih pemakaian kecap manis," kata penulis kuliner peranakan, Aji Bromokusumo, dihubungi KompasTravel, Senin (18/6/2018).

Kecap manis memang menjadi andalan untuk membuat daging isian bacang di Tanah Air. Meskipun mayoritas isian daging bacang yang dibuat adalah daging babi, namun banyak juga penggunaan daging lain seperti sapi atau ayam untuk keperluan jual.

"Ada isi daging sapi, biasanya itu bacang daerah Pulau Jawa. Isinya daging ayam juga ada. Kan tidak semua doyan atau bisa makan daging babi," kata kata penjual bacang Agiok cabang Sekolah Ricci, Kusnadi, di Pancoran, Jakarta Barat, Senin (18/6/2018).

Kwe cang, bacang versi manis dengan ukuran lebih kecil. Disantap dengan gula aren cair.Kompas.com/Silvita Agmasari Kwe cang, bacang versi manis dengan ukuran lebih kecil. Disantap dengan gula aren cair.

Selain penyesuaian daging isian bacang, bumbu untuk memasaknya juga ternyata berbeda.

Misalnya salah satu penjual bacang di Pasar Lama, Tangerang, Lauw Tjin Hua yang leluhurnya telah kawin campur dengan orang Sunda, Banten, atau Betawi. Daging cincang yang menjadi isi bacang diberi saus sambal dan kecap manis.

Bumbunya antara lain bumbu cin, yakni kombinasi antara bawang merah dan bawang putih.

”Bumbu dasar China itu bawang putih. Orang-orang China yang bermigrasi ke India dan Nusantara kemudian mengenal bawang merah. Dari situlah kombinasi bumbu cin dibuat,” kata pendiri Museum Benteng Heritage, Udaya Halim sesuai artikel berjudul "Pesan Antikorupsi dalam Sebutir Bacang" oleh Iwan Santosa dan Budi Suwarna dalam Harian Kompas (2013).

Baca juga: Sejarah Bacang yang Ternyata Lambang Anti Korupsi

Bahkan jika melihat bacang yang dijual di daerah Pancoran, Glodok, Jakarta Barat, tak jarang isian bacang diselipkan cabai rawit atau disantap dengan sambal kreasi penjual.

"Memang kalau orang Sumatera biasanya suka bacang gurih dan pedas. Kalau Jawa dan Jakarta lebih sukanya bacang rasa manis," kata Kusnadi.

Bacang menjadi salah satu kuliner China yang menyerap cita rasa kuliner Tanah Air dengan sempurna. Jadilah bacang seperti sekarang di Indonesia. Kuliner peranakan yang dibuat dari berbagai jenis daging, dengan rasa yang manis, gurih, dan pedas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com