Upi menuturkan para wisatawan itu membeli batik harga Rp 150.000 per potong kain batik cap, sampai Rp 550.000 per potong kain batik tulis.
Hanang mengatakan kebanyakan pembeli adalah warga Kulon Progo sendiri. Mereka ini para pekerja mudik atau membeli untuk sanak famili yang datang. Mereka beralasan mesti membawa buah tangan saat kembali ke kota asal.
"Karena lebaran ini penjualan kami bisa meningkat 100 persen penjualan sehari," kata Hanang.
Penghasilan ini cukup realistis. Hanang menuturkan sepanjang musim Lebaran 2018, Banyu Sabrang selalu buka. Berbeda dengan galeri lain yang memilih tutup di musim lebaran ini.
Baca juga: Jelang Libur Lebaran, Pemkab Kulon Progo Cek Jasa Angkutan Wisata Jeep
Banyu Sabrang berdiri tahun 2014. Mereka paling muda dibanding pengusaha batik yang tumbuh di Lendah.
Banyu Sabrang sebenarnya berkembang pesat di jualan batik secara online. Mereka sering mengirim produknya ke Jakarta, Kalimantan, maupun Sulawesi. Beberapa pernah ke Malaysia.
Pemudik membeli batik sebagai buah tangan juga terjadi di Galeri Sembung Batik. Tri Wahyuni menjaga galeri ini sejak Senin pagi.
Tri mengatakan galerinya sempat tutup dari Kamis-Minggu. Itulah mengapa, kata Tri, galerinya tidak merasakan panen wisatawan membeli oleh-oleh batik di hari Minggu.
Galeri Sembung libur dari hari Kamis lantas kembali buka sejak Senin pagi. Saat membuka galeri, rombongan asal Batam dan Jakarta datang. Mereka menghabiskan Rp 500.000-850.000 untuk membeli batik Sembung.
"Menurut mereka ya untuk oleh-oleh," kata Tri.
Baca juga: 38 Destinasi Buatan Warga Kulon Progo Siap Menyambut Pemudik
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.