Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Perkembangan Pariwisata Sulawesi Utara

Kompas.com - 11/07/2018, 09:44 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara berdasarkan data Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan (Compound Annual Growth Rate), disingkat CAGR, menduduki peringkat pertama di Indonesia, sebesar 66 persen.

Hal tersebut disampaikan Menteri Pariwisata di Kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jakarta, usai menghadiri rapat di Istana Bogor, Senin (9/7/2018).

"Dalam rapat tadi dipresentasikan Componen Annual Grouth Rate Bali 15 persen tumbuhnya, Yogyakarta 17 persen, ranking 2 Mataram, NTB dengan 20 persen. Tertinggi Sulawesi Utara tumbuh 66 persen, dengan andalannya pariwisata," tutur Arief Yahya, di Kemenpar.

Ia menambahkan laju pertumbuhan Sulawesi Utara (Sulut) tersebut tiga kalinya laju pertumbuhan pariwisata Indonesia, yang 22 persen.

Dikutip dari Kontan, CAGR adalah tingkat pertumbuhan tahunan sebuah bisnis dalam beberapa periode yang diperhalus untuk kepentingan bisnis dan investasi.

Kali Waterfall di Tomohon, Sulawesi Utara.NOVA DIEN Kali Waterfall di Tomohon, Sulawesi Utara.
Pertumbuhan pariwisata

Di balik kenaikan pesat tersebut, pariwisata sebagai salah satu sektor utama di Indonesia dan Sulawesi Utara pantas untuk dilihat. 

Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara, Daniel Wewengkang dalam acara peluncuran Tomohon Internasioal Flowers Festival mengatakan pertumbuhan wisatawan mancanegara (wisman) di Sulut sangat pesat, sejak 2015.

"Mulai tahun 2015 ada 15.000, di 2016 sampai 49.000, naik di 17 ada 79.000, sekarang baru sampai bulan enam sudah 69.000 kunjungan wisman ke Sulut," papar Daniel.

Wisatawan sebanyak mayoritas itu masuk melalui Bandara Internasional Sam Ratulangi, baik dengan penerbangan charter maupun terjadwal. Dari Manado, para wisman berkeliling ke destinasi-destinasi sekitarnya, seperti Kota Tomohon, Danau Tondano, Pulau Bunaken, Lembeh, Bangka, Tahuna, Ulu dan lainnya.

Pagoda Ekayana menjadi bagian dari arsitektur Vihara Buddhayana di Kota Tomohon, Sulawesi Utara.Kompas.com/Ronny Adolof Buol Pagoda Ekayana menjadi bagian dari arsitektur Vihara Buddhayana di Kota Tomohon, Sulawesi Utara.
Imbas ke Kota Lainnya

Ia mengatakan 90 persen wisman tersebut berasal dari China, dan sisanya merupakan wisatawan yang terbagi dari negara Asia lainya, Eropa, dan Australia.

"Mereka di Sulut satu sampai dua minggu, dari Manado itu 90 persen wisman lanjut ke Tomohon. Itu belum termasuk ke Bunaken, kalau ke Bunaken bisa dua minggu minimal," tuturnya.

Tomohon merupakan kota dengan berbagai obyek wisata alam dan budaya yang jaraknya tidak jauh dari Manado. Manado-Tomohon bisa ditempuh hanya 45 menit dengan jalur darat.

Soal penginapan, wisman tersebut masih mendominasi di Manado, meski wisatanya menyebar ke berbagai destinasi. Kota Tomohon dianggap masih minim untuk penginapan yang layak, jumlah hotel terbatas membuat daya serap ekonomi dari wisatawan masih belum maksimal.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Tomohon, Masna Pio mengatakan pegeluaran wisatawan mancanegara dari China per harinya berkisar Rp 150.000. Jumlah itu digunakan untuk belanja suvenir, dan sedikit makan.

Wisatawan yang mengeluarkan uang banyak di Kota Tomohon ialah wisman Eropa yang menyukai wisata minat khusus, seperti panjat tebing, trekking, diving dan lainnya.

"Wisatawan Eropa itu kalau datang dalam grup kecil, paling lima orang, tapi menginap 5 hari sampai seminggu di Tomohon, homestay atau camping, karena mereka benar-benar explore wisata adventurenya," pungkas Masna kepada KompasTravel, seusai acara yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com