Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cara Pemerintah Kembangkan Geopark

Kompas.com - 13/07/2018, 09:05 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

 JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam Konferensi Geopark Nasioal Indonesia 1, salah satu hasilnya ialah bentuk koordinasi dari empat kementerian dan satu badan dalam pembangunan geopark.

Keempat kementerian tersebut ialah, Menteri PPN/Bappenas, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), juga Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan yang hadir dalam konferensi tersebut, Kamis (12/7/2018), mengatakan geopark harus dibangun dengan integrasi antar lembaga pemerintah.

"Mari kita kerja secara teritegrasi, untuk membuat ini lebih bagus, dan harus didukung oleh semua kementerian dan lembaga, terutama yang empat ini," tutur Luhut.

pegunungan karst gunungsewu Gunungkidul, dilihat dari sekitar Perbatasan kecamatan Panggang-PlayenKompas.com/Markus Yuwono pegunungan karst gunungsewu Gunungkidul, dilihat dari sekitar Perbatasan kecamatan Panggang-Playen
Ia mengatakan Bappenas sebagai kunci perencanaan semua geopark. Perencanaan induk geopark harus mencakup sekurang-kurangnya amenitas, aksesibilias, dan atraksi yang berkualitas.

"Soal atraksi tolong Bekraf digali lagi ini ditemukan apa yang mearik unik," tuturnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya yang juga datang dalam forum tersebut menyampaikan, peningkatan pengakuan dunia atas empat geopark yang menjadi UNESCO Global Geopark (UGG) sangat signifikan mendongkrak promosi pariwisata.

Hingga tahun depan ia menargetkan Geopark Belitung dan Geopark Danau Toba untuk maju terpilih sebagai UGG, melanjutkan Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu, Geopark Rinjani, Geopark Gunung Sewu, dan Geopark Batur.

"Saya si optimis keduanya akan terpilih lagi. Perekonomian kita di sana tumbuh sangat pesat, di Samosir 80 persen, Simalungun 90 persen itu belum sebagai UGG," ucapnya.

Wisatawan menikmati keindahan kawasan wisata Geopark Gunung Batur di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Rabu (4/10/2017). Banyak wisatawan yang berkunjung ke kawasan tersebut merupakan wisatawan yang mengurungkan niatnya ke Gunung Agung di Karangasem.KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA Wisatawan menikmati keindahan kawasan wisata Geopark Gunung Batur di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Rabu (4/10/2017). Banyak wisatawan yang berkunjung ke kawasan tersebut merupakan wisatawan yang mengurungkan niatnya ke Gunung Agung di Karangasem.
Ia menargetkan proyeksi pendapatan pariwisata dari geopark hingga tahun 2019 yaitu 1 milyar dollar Amerika Serikat.

Sementara KLHK berkoordinasi terkait konservasi dan pemberdayaan lingkugan, keanekaragaman hayati yang ada di tiap-tiap geopark.

Untuk Kemendikbud sendiri sudah siap dengan program-program pendaya gunaan aset kebudayaan dan pendidikan yang ada, sehingga aset kebudayaan dan pendidikan bisa lebih menambah pendapatan masyarakat atau nilai ekonomi.

Ketua Bekraf, Triawan Munaf, mengniginkan setiap geopark memiliki story tellingnya masing-masing yang bisa inergis dengan keindahan alamnya agar lebih memiliki nilai ekonomi bagi masyarakatnya.

"Kita liat apa story telling-nya, apa potesinya yang ada dan bisa digarap. Kita lihat contohnya Jeju, di balik keindahan alamnya tib-tiba dia punya produk masker alam yang terkenal sekali khas sana," tuturnya.

"Jadi harus dilihat dari sisi ekonomi dan kita mengkapitalisirnya dengan story telling, sampai story-story bisa saling mendukung dengan keindahan alamnya yang kita lihat," tutup Triawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com