Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Kediri, Ada Bakso Dijual Rp 2.000 Semangkuk...

Kompas.com - 14/07/2018, 13:00 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

"Ceritanya panjang," dia memulai kisahnya.

Pak Ndut memulai usaha dari bawah. Usaha dimulai dari berjualan bakso atau kerap disebut pentol cilok secara keliling menggunakan sepeda angin. Dia menjalaninya selama sembilan tahun lamanya.

Sebagian penjualan hasil berjualan keliling itu dia tabung hingga bisa membeli sebuah sepeda motor.

Dengan menggunakan motor ini cakupan wilayah penjualannya semakin meluas. Ia berjualan bakso dengan motor selama 5 tahun.

Selama berkeliling itu banyak pembeli yang merasa cocok dengan rasa pentolnya. Sejak saat itu kehadirannya selalu dinanti-nanti pelanggannya. Pelanggannya lebih banyak anak-anak.

"Nama Pak Ndut itu juga yang ngasih ya pelanggan saya, makanya saya tidak mengubahnya hingga sekarang," imbuhnya.

Setelah 14 tahun berkeliling dan dirasa mempunyai modal yang cukup, Pak Ndut memutuskan mengubah pola kerjanya. Ia mulai berjualan dengan cara menetap di warung. Keputusan itu diambilnya pada tahun 2013 dan bertahan hingga saat ini.

"Berdagang itu harus sabar dan pantang menyerah. Yang paling penting lagi berani mengambil resiko," ujarnya.

Hal lain yang tidak boleh diabaikan, menurut dia, adalah pembawaan diri. Dia selalu berupaya melayani dengan baik terhadap para pembelinya.

Pelayanan itu tidak hanya pada kebutuhan barang dagangan yakni kualitas bakso atau makanan pelengkap lainnya. Ia mengatakan cara bergaul dengan para pelanggannya juga penting.

Bersikap ramah, wajah yang anti cemberut hingga sekedar mengajak guyon para pembelinya adalah trik untuk mempertahankan usahanya. Ia juga menyebutkan menciptakan lingkungan yang terbuka dan penuh keakraban.

Saat memulai berjualan secara menetap itu, Pak Ndut menggunakan dua meja kecil. Seiring waktu, usahanya itu terus berkembang bahkan saat ini di warungnya sudah ada 20 meja.

"Saya dulu awal-awal sudah siap rugi dan menyiapkan tabungan Rp 10 juta sebagai persiapan warung," ujarnya.

Ia merasa beruntung karena usahanya itu tidak sempat merugi. Usahanya terus berkembang dan semakin pesat hingga saat ini.

Selain menjual bakso di warung, dia juga kerap melayani pesanan bakso untuk kebutuhan pesta atau kegiatan lainnya. Pesanan ini yang turut mengatrol pendapatannya.

Orientasi harga murah

Pak Ndut menuturkan, sengaja menjual baksonya dengan harga cukup terjangkau karena tidak ingin bakso hanya menjadi konsumsi kelompok masyarakat tertentu karena terkendala harga. Dia ingin setiap orang dengan beragam latar belakang ekonomi apapun bisa merasakan bakso.

"Agar setiap kalangan bisa merasakan bakso," ungkapnya.

Pak Ndut mengaku harga bakso semangkuk Rp 2.000 itu telah bertahan sejak tujuh tahun yang lalu.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com