SEMARANG, KOMPAS.com - Jika sepintas Anda perhatikan, rawon, nasi gandul, dan nasi pindang memiliki kesamaan. Ketiga kuliner tanah Jawa ini berkuah kehitaman dengan rasa rempah yang gurih.
Baik rawon khas Surabaya, nasi pindang khas Kudus, dan nasi gandul khas Pati sama-sama memiliki kuah hitam encer akibat kluwak, dengan potongan daging sapi dan penyajiannya disatukan dengan nasi.
Baca juga: Rawon Kalkulator sampai Rawon Setan Harus Anda Coba di Surabaya
Namun jika ditelaah, ketiganya memiliki ciri khas dari daerahnya masing-masing. Seperti nasi pindang kudus, yang menggunakan daun melinjo muda sebagai pendamping kuahnya. Sedangkan rawon menggunakan sayur tauge untuk pendamping kuahnya.
"Bedanya nasi pindang, nasi gandul sama rawon itu di santan sama daun melinjonya," ujar Masyudi Naspin (53), Pemilik Nasi Pindang Kudus dan Soto Sapi, saat dikunjungi di Semarang, Kamis (19/7/2018).
"Santan itu hanya dipake di nasi pindang dan nasi gandul, yang dari Jawa Tengah," ujar laki-laki yang 23 tahun melestarikan usaha nasi pindang khas Kudus milik keluarganya.
Baca juga: Nasi Gandul, Kuliner Khas Pati yang Digandrungi Indra Safri...
Tidak heran jika nasi pindang dan nasi gandul lebih terasa gurih santan, sedangkan rawon lebih terasa hangat dari rempahnya, meski juga gurih.
Di daerah asalnya, nasi pindang khas Kudus berisikan daging kerbau, karena sapi dahulu disucikan oleh masyarakat adat di sana. Sedangkan daging sapi pada masa penjajahan lebih diperuntukkan untuk kolonial Belanda, dan bangsawan.
Namun, karena kini harga kerbau mahal, dan tekstur dagingnya lebih liat juga prengus, ia mengganti dengan daging sapi, khusus untuk dijual di Semarang.
"Di Semarang aja, tapi kalau di Kudusnya masih banyak yang jual pakai daging kerbau," ujarnya.
Soal penyajian, ia mengatakan nasi gandul dan nasi pindang memiliki pakem beralaskan daun pisang. Bahkan dalam sejarahnya, nasi pindang menggunakan sendok daun, bisa daun lontar maupun daun pisang.
"Dulu zaman orang tua saya, jual nasi pindang ini selain alas daun sendoknya juga daun pisang, atau lontar itu lho," kata Masyudi.
Kedai Nasi Pindang Kudus dan Soto Sapinya ini telah berdiri sejak 1989, dan tetap eksis hingga banyak memiliki pelanggan tetap.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.