Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pisang Bakar Khas Semarang Bisa Eksis Lebih dari Setengah Abad

Kompas.com - 24/07/2018, 12:10 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

 

"Pisang harus kepok, kepok jawa yang kesat. Tapi kalau jual di sini kepoknya mateng, kalau di (Pasar) Semawis yang mengekal, beda selera," kata Triyono.

Di gerobak tradisionalnya, terlihat tungku pembakaran arang masih beroperasi. Tidak ketinggalan aksesoris lampu minyak masih tertempel, walau sudah tidak beroperasi maksimal.

"Kita masih pakai anglo (tungku pembakaran), cuman sedikit lebih modern, kalau dulu tanah liat sekarang anglo besi. Kayunya masih pakai kayu kesambi," katanya.

Kayu kesambi dipilih karena teruji menghasilkan panas yang lama dan merata, meski dengan api kecil. Teknik-teknik macam itulah yang terus ia wariskan kini ke anaknya pemegang tongkat estafet pisang plenet.

Soal rasa, sejak awal hanya ada varian isi selai nanas, gula, dan mentega. Beberapa tahun kemudian di era 70-80an ia menambah messes cokelat, kacang, dan keju.

Ia mengatakan dalam satu hari bisa menghabiskan 15 sisir dengan jumlah pisang sekitar 20 buah tiap sisirnya. 

Bila Anda ingin mencoba kuliner tradisional yang acapkali membuat rindu akan Semarang ini, bisa berkunjung ke Jalan Pemuda, tidak jauh dari sebrang Toko Oen, mulai pukul 10.00 hingga 22.00, ataupun jajaran gerobak Pasar Semawis di malam akhir pekan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com