Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Pantai Wisata, Pantai Trisik Jadi Lokasi Konservasi Penyu...

Kompas.com - 31/07/2018, 11:10 WIB
Dani Julius Zebua,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi


KULON PROGO, KOMPAS.com - Belasan penyu anakan, disebut tukik, tampak menggemaskan. Satwa itu menarik perhatian ketika dilepas ke ombak ganas laut Pantai Trisik di Dukuh Sidorejo, Kelurahan Banaran, Kecamatan Galur di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Wisatawan mendekat, memotret, bahkan ada yang mencoba memegang, ketika tukik mencoba meraih ombak pantai. Beberapa wisatawan ada yang mencoba membantu tukik mendekati laut, mengangkatnya, meletakkannya tepat dekat lidah ombak. Tukik pun lantas hilang ditelan ombak.

"Sebenarnya biarkan saja. Tidak usah didorong, tidak usah dibawa ke laut. Biarkan berjalan alami saja. Tukik punya insting kembali ke laut," kata Sudiman, salah seorang pengunjung yang menyaksikan tukik dilepas di Trisik, Minggu (29/7/2018).

Penyu mungil itu berasal dari sebuah bangunan penetasan mini yang dikelola kelompok konservasi Penyu Abadi Pantai Trisik. Lokasi penetasan telur penyu terletak 200 meter dari bibir laut.

Di situ, Penyu Abadi mengamankan telur penyu yang ditemukan di sepanjang pantai, membantu penetasan, meletakkan tukik di kolam atau akuarium sebagai penampung sementara sebelum satwa ini dilepaskan.

Penyu Abadi aktif berkegiatan mulai tahun 2002. Mereka gabungan warga yang sadar bahwa penyu merupakan satwa dilindungi.

20180729K71-12: Selain Pantai Wisata, Pantai Trisik Jadi Konservasi PenyuKOMPAS.com/ Dani J 20180729K71-12: Selain Pantai Wisata, Pantai Trisik Jadi Konservasi Penyu
Kepala Dukuh Sidorejo, Jaka Samudra mengatakan, awalnya banyak penyu tertangkap jaring nelayan mengakibatkan penyu banyak terluka, mati, hingga dijual dalam kondisi hidup. Tidak hanya itu, banyak warga menemukan sarang telur penyu lantas menjualnya.

Penyu Abadi muncul dan membantu upaya menyelamatkan penyu, mengamankan telur dari predator seperti kepiting, burung, hingga kucing. Utamanya juga dari para pemburu telur maupun para pedagang satwa dan telur penyu.

"Dulu pernah ada yang menjualnya. Sekarang sudah tidak ada. Sekarang nelayan warga di wilayah kami mengerti pentingnya penyu” kata Jaka yang juga Ketua Kelompok Konservasi Penyu Abadi Trisik.

Karena kegigihan itu, masih ditemui banyak penyu yang bertelur di pantai Trisik. Seorang pegiat konservasi dari Penyu Abadi, Dwi Suryaputra mengatakan, biasanya ditemukan 10 sampai 20 sarang penyu di Trisik setiap tahun. Satu sarang bisa diisi 100-an butir telur.

Hitungan mereka, setidaknya kelompok masyarakat ini menyelamatkan 14 sarang selama tahun 2018. Tahun lalu hanya tiga sarang dengan total 250 butir menetas. Di tahun-tahun sebelumnya bahkan bisa sampai 17 sarang berhasil ditetaskan.

Pantai di selatan Yogyakarta dan termasuk wilayah Kulon Progo mencapai 24 kilometer meliputi empat kecamatan, yakni Galur, Panjatan, Wates, dan Temon. Panjangnya garis pantai memungkinkan penyu bertelur di sana.

Khusus di Trisik, kata Dwi, penyu yang mendarat umumnya jenis lekang (Lepidochelys oliviacea) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Kata Dwi, biasanya lekang bertelur di dekat rumput-rumput dan hamparan pasir landai menjadi lokasi favorit untuk bertelur.

Melepas belasan tukik di pantai wisata Pantai Trisik di Kulon Progo, DIY.KOMPAS.com/ Dani J Melepas belasan tukik di pantai wisata Pantai Trisik di Kulon Progo, DIY.

Dwi mengatakan, Penyu Abadi baru berhasil membangkitkan kesadaran bagi warga dari muara Sungai Progo hingga Pantai Bugel atau sekitar tujuh Km. Selebihnya, di luar jangkauan area konservasi.

Salah satu cara menekan perburuan, Penyu Abadi menawarkan kompensasi atas telur yang ditemukan. Kemudian, mereka menanam telur di area penetasan lantas melepaskannya setelah menetas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com