KOMPAS.com - Tanah Papua sering menjadi buah bibir masyarakat. Beragam informasi tentangnya menyebar laksana virus pada musim pancaroba, tak terbendung dan kadang sulit diverfikasi kebenarannya.
Keterbelakangan, konflik, harga barang, dan guyonan bernuansa rasis adalah beberapa yang mendominasi perbincangan mengenai Papua. Seakan tak ada cerita indah di Bumi Cenderawasih.
Tak kenal maka tak sayang, begitu orang-orang bilang. Banyak yang belum berkenalan secara langsung dengan Papua sehingga banyak kesalahpahaman dan ketidaktahuan.
Walaupun demikian banyak yang jatuh hati dan memujanya setelah terlebih dahulu berkenalan. Beberapa bahkan menyalaminya sebagai seorang teman.
Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang menghimpun diri dalam balutan rasa kekeluargaan sebagai Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI).
Mapala membuat gebrakan menjadi tim sipil pertama yang berhasil mencapai puncak-puncak Pegununungan Tengah di jantung Papua. Sejak itu Mapala dan Papua resmi berkenalan.
Tak hanya saling mengenal, keduanya berteman akrab. Dan layaknya seorang teman, yang pertama selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi yang kedua, mengulang kembali cerita-cerita mereka.
Tak terkecuali hari ini, empat puluh tujuh tahun berlalu sejak 1971, Mapala UI kembali menyapa Papua melalui kegiatan bertajuk Ekspedisi Bumi Cendrawasih 2018 (EBC 2018)
EBC 2018 berencana untuk mengadakan penjelajahan alam Papua khususnya Papua Barat. Selain itu akan diadakan pula kegiatan bakti sosial di kawasan Pegunungan Arfak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.