Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mapala UI dan Papua, Sebuah Cerita Perjalanan...

Kompas.com - 03/08/2018, 22:10 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

KOMPAS.com - Tanah Papua sering menjadi buah bibir masyarakat. Beragam informasi tentangnya menyebar laksana virus pada musim pancaroba, tak terbendung dan kadang sulit diverfikasi kebenarannya.

Keterbelakangan, konflik, harga barang, dan guyonan bernuansa rasis adalah beberapa yang mendominasi perbincangan mengenai Papua. Seakan tak ada cerita indah di Bumi Cenderawasih.

Tak kenal maka tak sayang, begitu orang-orang bilang. Banyak yang belum berkenalan secara langsung dengan Papua sehingga banyak kesalahpahaman dan ketidaktahuan.

Walaupun demikian banyak yang jatuh hati dan memujanya setelah terlebih dahulu berkenalan. Beberapa bahkan menyalaminya sebagai seorang teman.

Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang menghimpun diri dalam balutan rasa kekeluargaan sebagai Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI).

Penyambutan kepulangan tim Ekspedisi Irian Barat, Papua tahun 1971 di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Ekspedisi Irian Barat merupakan kegiatan ekspedisi Mapala UI yang mencatatkan diri sebagai tim sipil pertama menjejakkan kaki di Puncak Jayawijaya. Mapala UI sebagai salah satu pelopor pencinta alam di Indonesia, memiliki foto-foto yang menjadi bagian sejarah kepencintaalaman di IndonesiaDokumentasi Mapala UI Penyambutan kepulangan tim Ekspedisi Irian Barat, Papua tahun 1971 di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Ekspedisi Irian Barat merupakan kegiatan ekspedisi Mapala UI yang mencatatkan diri sebagai tim sipil pertama menjejakkan kaki di Puncak Jayawijaya. Mapala UI sebagai salah satu pelopor pencinta alam di Indonesia, memiliki foto-foto yang menjadi bagian sejarah kepencintaalaman di Indonesia
Cerita pertemanan Mapala UI dengan Papua dapat dilacak beberapa dekade ke belakang. Tahun 1971 Mapala UI menyambangi pulau yang kala itu masih bernama Provinsi Irian Jaya.

Mapala membuat gebrakan menjadi tim sipil pertama yang berhasil mencapai puncak-puncak Pegununungan Tengah di jantung Papua. Sejak itu Mapala dan Papua resmi berkenalan.

Tak hanya saling mengenal, keduanya berteman akrab. Dan layaknya seorang teman, yang pertama selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi yang kedua, mengulang kembali cerita-cerita mereka.

Tak terkecuali hari ini, empat puluh tujuh tahun berlalu sejak 1971, Mapala UI kembali menyapa Papua melalui kegiatan bertajuk Ekspedisi Bumi Cendrawasih 2018 (EBC 2018)

EBC 2018 berencana untuk mengadakan penjelajahan alam Papua khususnya Papua Barat. Selain itu akan diadakan pula kegiatan bakti sosial di kawasan Pegunungan Arfak.

Tim Ekspedisi Bumi Cenderawasih Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) bersiap naik pesawat Hercules milik Tentara Nasinal Indonesia) di Landasan Udara Manuhua, Biak, Papua. Ekspedisi Bumi Cendrawasih merupakan kegiatan ekspedisi Mapala UI yang bertujuan mengeksplorasi potensi wisata di Pegunungan Arfak dan Teluk Bintuni, Papua Barat. Tim Ekspedisi Bumi Cenderawasih Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) bersiap naik pesawat Hercules milik Tentara Nasinal Indonesia) di Landasan Udara Manuhua, Biak, Papua. Ekspedisi Bumi Cendrawasih merupakan kegiatan ekspedisi Mapala UI yang bertujuan mengeksplorasi potensi wisata di Pegunungan Arfak dan Teluk Bintuni, Papua Barat.
Ekspedisi ini akan menjadi saksi sejarah, untuk pertama kalinya tim kayak dan paralayang dari Mapala akan berkenalan dengan alam Papua. Ya, untuk elengkapi perkenalan-perkenalan sebelumnya.

Bertolak dari Lapangan Udara Halim Perdanakusuma pada tanggal 22 Juli, kloter pertama tim EBC 2018 berangkat menuju Bumi Cenderawasih dengan menumpang pesawat Hercules milik TNI AU.

Naik kapal terbang milik kesatuan yang bertugas menjaga keutuhan bangsa dan negara merupakan yang pertama bagi tim sekaligus menjadi pengalaman yang mengesankan.

Titik pertama di Bumi Papua yang dijejaki oleh tim EBC 2018 adalah Sorong. Sorong menjadi daerah perhentian ketiga pesawat Hercules sebelum mengakhiri perjalanan di Biak.

Seorang prajurit dari kesatuan TNI AL yang dengan tulus hati memberikan kami bolu pisang ketika di dalam pesawat. Ternyata ia turun di kota pelabuhan besar di pesisir barat Kepala Burung itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com