Sembari menuruni tangga pesawat, terlihat ia mengangkat topi dan berteriak, “Hei, semoga Ekspedisi Bumi Cenderawasih 2018 sukses dan jaya, ya!”.
Perjalanan dengan Hercules dilanjutkan. Butuh kurang lebih 1,5 jam dari Sorong untuk sampai ke Biak. Biak –pulau bersejarah dan sangat penting dalam kancah Perang Dunia II menyambut kedatangan tim dengan cuaca cerah dan angin sepoi-sepoi.
Terlihat semburat jingga memerah di langit barat sebelum akhirnya pamit undur diri, menghadirkan malam temaram.
Berjam-jam di atas Hercules, anggota tim mulai lapar. Beberapa dari kami bergegas untuk berburu makanan. Pilihan kemudian jatuh pada warung nasi ‘Jember’ yang tak seberapa jauh letaknya dari mess transit kami di Manuhua.
Jadilah kami memesan 15 bungkus nasi. Harga? Soal harga tak terlalu mahal seperti mitos yang bertebaran di jagat maya bahwa harga di Papua mahal sekali.
Ia sudah merasa menjadi bagian dari warga Biak. Tegur sapa dan kata ‘permisi’ menggugu di telinga tiap waktu kami berjumpa dengan masyarakat setempat. Pas sekali dengan stereotype bahwa orang Indonesia ramah-ramah.
Pada malam yang sama dengan perburuan nasi ke warung ‘Jember’, saya pertama kali mencicipi PSK di Tanah Papua. Eits, tahan dulu, PSK di sini merupakan kependekan dari pinang, sirih, dan kapur yang merupakan benda penting dalam pergaulan sosial di Papua.
Berbekal keberanian yang apa adanya saya mengunyah ketiganya. Terasa pahit, getir, dan sedikit padis yang pelan berubah menjadi panas seperti terbakar.
Keesokan harinya kami berkeliling Biak ditemani Bang Sampir yang mengemudikan truk. Dalam perjalanan beberapa anggota tim EBC 2018 ramai-ramai mencoba PSK yang dibeli di pinggir jalan seharga Rp10.000.
Ekspresi mereka sungguh menggelikan. Kewalahan dengan rasa asing dalam mulut memaksa sebagian di antaranya langsung memuntahkan PSK yang menorehkan warna merah laksana darah di jalanan tatkala ketiganya baru menyatu sebentar di dalam mulut. Muntahan tersebut menorehkan warna merah bagai darah di jalanan menuju Kampung Bosnik.
Pinang, sirih, dan kapur, kalian bertiga sudah dicicipi. Sah sudah anak-anak EBC 2018 berkenalan dengan Papua, menyalaminya sebagai teman dan sekaligus memutar ulang cerita-cerita dari zaman silam.
Selamat datang di Tanah Papua. Terbang tinggi, jelajahi, dan ceritakan, bahwa masih ada ‘indah’ di Bumi Cendrawasih.
(Artikel dari anggota Tim Ekspedisi Bumi Cenderawasih Mapala UI, Muhammad Fikri Ansori. Artikel dikirimkan langsung untuk Kompas.com di sela-sela kegiatan Ekspedisi Bumi Cenderawasih di Papua Barat)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.