Pengelola naskah kuno Museum Radya Pustaka, Kurnia Heniwati (35) mengungkapkan koleksi naskah kuno museum Radya Pustaka berjumlah 400-an naskah. Naskah kuno koleksi Museum Radya Pustaka sebagian besar asli tulisan tangan.
Naskah kuno paling tua dibuat pada tahun 1729 pada era pemerintahan Pakubuwono I. Sedang naskah kuno paling muda usianya dibuat tahun 1950-an, menceritakan kisah tentang putri Cina yang jatuh cinta kepada Pakubuwono VI.
"Naskah kuno tertua dibuat eranya Pakubuwono I. Siapa penulisnya tidak tahu. Karena zaman dahulu tidak boleh menyebutkan nama karyanya. Hanya eranya siapa gitu," katanya ditemui di Museum Radya Pustaka, Jumat (3/8/2018).
Dia menambahkan, untuk menjaga naskah kuno agar tetap dalam kondisi baik dan awet suhu ruangan yang digunakan untuk menyimpan naskah tersebut dalam keadaan dingin.
"Untuk menjaga kualitas kertas naskah kuno agar tidak rusak, AC-nya tidak pernah kita matikan. Suhu udaranya juga kita atur sehingga ruangan untuk menyimpan naskah kuno ini selalu tetap dingin," ungkap Kurnia.
Pengunjung yang datang untuk melihat koleksi Museum Radya Pustaka tidak hanya dari kalangan pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum. Akan tetapi, pengunjung dari luar negeri (wisatawan asing) juga sering datang ke museum.
Mereka berasal dari Yerusalem, Kroasia, Amerika, Jepang, dan lain-lain.
Dia menambahkan, pengunjung dari luar negeri yang datang ke Museum Radya Pustaka adalah untuk melakukan penelitian terhadap naskah kuno Jawa tulisan tangan. Seperti kisah panji, pewayangan, dan lain-lain.
Seorang pengunjung dari Yogyakarta, Firman, mengatakan, baru pertama kali berkunjung ke Museum Radya Pustaka Solo. Kedatangannya itu tak lain adalah untuk melihat koleksi museum tertua di Indonesia.
"Baru kali ini saya ke Museum Radya Pustaka. Saya kira masuk museum ini ada tiketnya. Ternyata gratis dan hanya disuruh menulis di daftar tamu sama petugas," kata Firman.
Setelah berkeliling ruangan yang ada di museum, Firman mengaku koleksi peninggalan sejarah yang disimpan cukup lengkap. Selain ada naskah kuno, kata dia, juga terdapat benda-benda pusaka peninggalan Keraton Surakarta.
"Koleksinya lumayan lengkap ya, terutama tentang Keraton Surakarta. Museum ini bisa menjadi acuan bagi orang yang pengin tahu sejarah Solo," ujar pria berkacamata itu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.