Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Potensi Holtikura di Pegunungan Arfak...

Kompas.com - 10/08/2018, 22:10 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

Pasar dadakan ini berlangsung tiga kali seminggu pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Mulai ramai dengan lalu lalang penjual maupun pembeli sekitar pukul 05:00 WIT. Keramaian tersebut akhirnya surut pada pukul 07:00 WIT dan pasar dinyatakan selesai.

Kalau pasar di Anggi tak buka setiap hari, pasar-pasar di Manokwari adalah pasar yang hidup yang sibuk dengan hiruk pikuk aktivitas. Aktivitas jual beli dan bongkar muat barang dari truk dan mobil box berlangsung tiap hari.

Pasar Wosi dan Pasar Sanggeng, keduanya berada di Manokwari memiliki jumlah pedagang asal Arfak yang signifikan.

Saat pertama kali menjajal belanja di Pasar Sanggeng kami kaget dengan harga yang relatif mahal bagi orang kota. Insting mahasiswa merangkap anak kost kami mulai bekerja.

Kami mencoba tawar-menawar sengit yang biasa kami lakukan di Depok. Hasilnya di luar dugaan. Kami malah dinasehati dan kadang dimaki.

Tong jauh bawa ini barang dari Anggi.” “Kalu memang tra mau beli, mau tawar terus, kam pi saja tempat lain.

Mereka bilang bahwa mereka datang jauh-jauh dari Anggi (Pegaf). Tak ada penjelasan lebih lanjut setelahnya, apakah Anggi benar-benar jauh atau bagaimana. Saat itu, kami belum pernah ke Anggi.

Semuanya berubah dalam kurun waktu lima hari kami melaksanakan survei di Pegaf. Selain medan yang sulit dan akses jalan yang belum semaunya baik, biaya kendaraan ke dan dari Manokwari sangatlah mahal.

Wajar bila menawar secara keterlaluan memberatkan mama-mama Pegaf. Maafkan kami, Ma.

Akhirnya kami semua sadar akan banyak hal. Bahwa perjalanan jauh ke Bumi Cenderawasih bukanlah sekedar untuk menjelajahi alam. Bukan jua untuk gagah-gagahan.

Selama ini kami hanya mengetahui Papua dari saluran media. Ia –Papua berjarak dan tersekat waktu layaknya tak ada kesempatan untuk berinteraksi. Namun hari ini kami beruntung karena dapat mengenal kalian, wahai saudara sebangsa secara langsung. Tanpa hipokrisi maupun rasa ragu.

(Artikel dari anggota Tim Ekspedisi Bumi Cenderawasih Mapala UI, Muhammad Fikri Ansori. Artikel dikirimkan langsung untuk Kompas.com di sela-sela kegiatan Ekspedisi Bumi Cenderawasih di Papua Barat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com