Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Jejak Manusia Purba di Bukit Wuntun Waru Flores

Kompas.com - 14/08/2018, 06:03 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

"Manusia purba Flores itu banyak. Mereka memiliki tempat tinggal di bukit Wuntun Waru. Zaman itu hidup juga manusia. Orang lokal menyebut manusia purba itu Ngiung. Suatu ketika terjadi perebutan batas kekuasaan tanah antara manusia dan manusia purba itu. Saat itu terjadi perang perebutan batas kekuasaan tanah. Perang sangat sengit. Saat itu tidak ada yang menang," kata Valentinus Sardus.

"Suatu hari mereka membuat agenda pertempuran dengan membakar diri. Keduanya saling membakar diri secara massal dalam sebuah lapangan besar yang sudah ditentukan di bukit Wuntun Waru. Akhirnya tubuh manusia purba atau Ngiung itu terkabar sementara manusia tidak terbakar. Pihak manusia yang menang. Sesudah itu pihak manusia menguburnya secara massal. Saat ini bukit itu disebut Rapu Ngiung Wuntun Waru," tambah Donatus Jalu.

Paskalis Peli Purnama kepada Kompas.com, Kamis (1/2/2018) menjelaskan, kira-kira dua tahun lalu orang Kanada datang ke Kecamatan Elar dan langsung ke bukit Wuntun Waru untuk menggali kuburan massal tersebut sekalian melakukan penelitian berdasarkan laporan dari Pater Otto Vollerzt, SVD asal Jerman.

Selanjutnya disusul peneliti dari UGM Yogyakarta untuk melakukan hal serupa. Namun, tua-tua adat setempat belum memberikan izin untuk menggali kuburan massal manusia purba tersebut.

"Kami heran ketika melihat orang asing yang datang di Kecamatan Elar juga disusul peneliti dari UGM Yogyakarta. Satu saja tujuan mereka untuk menggali kuburan massal dan menelitinya. Namun, tua-tua adat setempat belum mengizinkannya," katanya.

Wartawan Pertama

Warga Kampung Puncak Weong, Valentinus Sardus dan Donatus Jalu mengisahkan bahwa wartawan Kompas.com yang pertama menginjakkan kaki di Kampung Puncak Weong.

Kampung ini berada di puncak gunung. Saat matahari terbit terlihat sangat dekat. Bahkan, dari kampung itu bisa melihat wilayah Aimere, Kabupaten Ngada, Gunung Inerie, kawasan Pota dan Dampek di wilayah utara Manggarai Timur.

Pemandangan dari kampung itu sangat indah saat pagi hari dan saat matahari terbenam. Sayangnya, saat itu cuaca sedang mendung sehingga kami tidak sempat menikmati matahari terbit dan terbenam.

"Sejak Indonesia merdeka sampai Januari 2018, baru pertama kali kami melihat wartawan. Kami sangat bersyukur dan bangga dikunjungi wartawan. Semoga menyalurkan suara kami sampai di tingkat pemerintah pusat agar infrastruktur jalan ke Kampung Weong bisa diaspal," kata Paskalis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com