WAINGAPU, KOMPAS - "Sekolahnya itu kakak, di atas bukit," kata pengemudi mobil, Ae yang membawa saya ke Sekolah Dasar Negeri Rapamanu di Desa Mbatakapidu, Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.
Sejauh mata memandang, tampaklah perbukitan sabana. Menampilkan lanskap Sumba Timur yang memesona. Di atas bukit Rapamanu itu bangunan tunggal berdiri menjadi tempat anak-anak menuntut ilmu.
Sampai di halaman sekolah, anak-anak sudah berbaris rapi menunggu kedatangan tim KFC dan 1.000 Guru. Kami lantas bersama sama menjalankan upacara bendera untuk memperingati HUT ke-73 RI.
"Kami bersyukur dan berterima kasih atas kedatangan KFC dan 1.000 guru ke sekolah kami ini untuk berbagi bersama anak-anak kami," pidato Kepala Sekolah SDN Rapamanu, Adriana Mara Ledu saat upacara bendera, Jumat (17/8/2018).
Baca juga: Laguna Weekuri, Kolam Renang dari Alam di Sumba...
Sekolah Rapamanu bisa jadi sekolah paling indah yang pernah saya datangi. Pemandangan dari jendela kelas membuat siapa pun takjub.
Namun ironinya untuk mencapai sekolah ini bagi anak-anak bukan hal mudah. "Anak anak biasa jalan ke sekolah, ada beberapa yang diantar orangtua pakai motor. Bisa jalan kaki 20 menit lewat bukit," kata guru di SDN Rapamanu, Tesi Naloh.
Di sekolah fasilitas juga seadanya. Dari enam kelas, hanya ada empat ruang kelas. Satu ruang kelas disekat dengan dinding bambu untuk membagi kelas empat dan kelas dua.
Baca juga: Menjelajahi Pulau Sumba nan Eksotis
Kelas enam, menemlati kelas bekas ruang dapur. Berdinding batako yang tidak diplester. Penerangan gelap tanpa ada listrik, air pun tak ada. Pihak sekokah harus membeli air Rp 100.000 untuk memenuhi kebutuhan MCK di sekolah selama satu minggu.
Keadaan SDN Rapamanu masih jauh lebih baik dari SD Weetame di Sumba Barat. Setidaknya siswa SDN Rapamanu masih mengenakan seragam bersih dan sepatu, ruang kelas juga permanen.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.