Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Gerak Silat dalam Tari Pisau Dua Suku Serawai nan Langka

Kompas.com - 18/08/2018, 19:10 WIB
Firmansyah,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi


BENGKULU, KOMPAS.com - Redap alat musik terbuat dari kulit sapi atau kambing seperti rebana bertalu pelan, kulintang juga mengiring ditambah alunan serunai menjadikan komposisi bebunyian nan sahdu. Suasana seperti kembali pada ribuan tahun lalu, malam itu, Jumat (17/8/2018).

Dua pria dewasa berdiri saling hadap dibatasi tikar pandan. Pada tikar pandan terdapat bokor kecil dilapisi kain. Pada bagian tepat di kaki kedua pria dewasa berdiri saling hadap terdapat sepasang pisau berukuran 45 sentimeter bersilangan. Kesan magis dan mencekam terpendar.

Sebentar lagi Tari Pisau Dua, sebuah tarian langka warisan budaya masyarakat Suku Serawai akan dipertunjukkan. Pertunjukan tersebut mendapat antusias ribuan warga Desa Kelurahan Pering Baru, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

"Ini merupakan tarian tradisi Suku Serawai yang diwariskan sejak beribu tahun lalu oleh nenek moyang. Tarian ini melambangkan kemampuan dalam bersilat di Suku Serawai, ini tari langka yang sudah jarang terlihat," kata Nahadin, salah seorang tokoh adat Serawai.

Baca juga: Ayiak Ndelengau, Lokasi Kuliner Legendaris di Bengkulu Selatan

Alat musik redap kembali bertalu diiringi nyanyian berbahasa Serawai. Kedua pria dewasa saling berhadapan menjurah salam hormat nan takzim pada penonton. Gerakan kedua pria itu awalnya lambat menari dengan tangan kosong. Terlihat beberapa langkah jurus silat leluhur Serawai dimainkan.

Sekitar 2 menit tari silat tangan kosong berlangsung. Terdapat pula seorang pria dewasa lain berdiri di antara kedua pria yang menari. Pria ini bertugas mengingatkan agar kedua penari dalam bentuk silat itu tidak sampai bersentuhan fisik.

Baca juga: Menyesap Lezatnya Sate Gurita Khas Bengkulu

Para penari bersilat namun tanpa bersentuhan. Bila terlihat akan bersentuhan maka sang wasit akan segera menengahi sehingga tidak terjadi sentuhan fisik. Sekitar 2 menit tari tangan kosong berlangsung. Barulah kedua penari mengambil sepasang pisau yang disiapkan.

Penonton tanpa tegang, para penari menari dengan langkah silat menggunakan pisau. Bila satu penari menyerang maka penari lawan akan melakukan gerak menangkis. Meski bergerak cepat namun keduanya tetap tidak diperkenankan bersentuhan fisik. Ritme saling serang dan tangkis terpadu dalam tarian.

Sesekali penonton khususnya kaum ibu dan perempuan berteriak ketakutan saat para penari bergerak cepat seolah saling mendekat. Wasit bertindak sigap. Kedua penari kadang juga bergerak berputar, menendang, menusuk dan membacokkan pisau pada lawan.

Pertunjukan berlangsung sekitar 7 menit. Para penari mengakhiri tarian dengan memberi hormat pada penonton, riuh tepuk tangan penonton menandai tarian yang menguras ketegangan itu berakhir.

Setelah itu tarian pula dilakukan oleh anak-anak usia sekolah dasar. Silat dalam bentuk tari terus berlangsung. Anak-anak tampak lincah dan cekatan memainkan pisau sungguhan tersebut.

Pisau yang digunakan dalam Tari Pisau Dua. Sebuah tari langka dari Suku Serawa di Kabupaten Seluma, Bengkulu, Jumat (17/8/2018).KOMPAS.com/FIRMANSYAH Pisau yang digunakan dalam Tari Pisau Dua. Sebuah tari langka dari Suku Serawa di Kabupaten Seluma, Bengkulu, Jumat (17/8/2018).

Tarian Langka

Nahadin, tokoh adat Serawai menceritakan, tarian tersebut merupakan seni langka di Kabupaten Seluma, meski tari tersebut asli Suku Serawai yang banyak bermukim di Seluma.

"Tidak banyak lagi, masyarakat yang dapat memainkannya. Apalagi anak muda. Oleh karena itu momen HUT ke-73 RI kami mementaskan tarian-tarian langka dari Seluma yang hampir punah," jelas Nahadin.

Biasanya tarian dilakukan untuk menyambut tamu agung pada acara adat atau acara pernikahan Suku Serawai.

Nahadin mengungkapkan, kekhawatiran dirinya akan turunnya minat generasi muda untuk mempelajari tarian tersebut. Berangkat dari khawatir ia membuka pelatihan tari adat dan seni Suku Serawai.

Ada banyak tarian leluhur yang hampir punah selain Tari Pisau Dua, Tari Piring, Tari Selendang dan banyak lainnya.

"Menurut saya, tari dan seni budaya leluhur harus diturunkan pada generasi muda, agar nilai budaya Serawai tidak punah," kata Nahadin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com