Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Juga Punya "Stonehenge" di Bori Kalimbuang, Toraja Utara

Kompas.com - 20/08/2018, 14:18 WIB
Citra Fany Samparaya,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

TORAJA UTARA, KOMPAS.com – Toraja Utara, Sulawesi Selatan dikenal dengan panorama alam yang masih terjaga dan obyek wisata yang nilai budayanya masih kental.

Bori’ Kalimbuang misalnya. Obyek wisata ini menjadi salah satu warisan dunia UNESCO yang terletak di jalan Poros Barana’, Pangli, Kelurahan Bori, Kecamatan Sesean, Kabupaten Toraja Utara.

Wisata yang sudah ada sejak tahun 1718 ini mirip dengan Stonehenge yang ada di Inggris. Sama-sama memiliki batu-batu tinggi yang tegak berdiri dengan berbagai ukuran atau yang dikenal dengan nama menhir.

Puluhan menhir yang ada di Bori KalimbuangKOMPAS.com / CITRA FANY SAMPARAYA Puluhan menhir yang ada di Bori Kalimbuang
Bedanya, batu-batu ini bukan melalui proses alami, melainkan dibentuk terlebih dahulu dan ditanam di dalam tanah. Pembentukan dan penanaman batu ini tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang.

Menhir ini menjadi perpaduan yang apik dengan rumah adat Toraja yaitu Tongkonan. Menhir ini juga bisa menjadi spot foto yang instagramable untuk kalian yang hobi foto.

Tidak hanya menyajikan pemandangan menhir, ada Balakkayan atau rumah panggung yang digunakan untuk membagikan daging sembelihan kerbau atau babi yang dikurbankan dalam ritual mantunu tedong.

Tampak pemandangan Bori dari sisi atas.KOMPAS.com / CITRA FANY SAMPARAYA Tampak pemandangan Bori dari sisi atas.
Pemberian daging akan diberikan dengan menyebutkan nama dari orang yang paling penting sampai yang terakhir yaitu warga. Dalam pembagian daging ini, semua orang akan mendapat bagian.

Anda juga akan menemukan lakkian, yaitu tempat persemayaman jenazah selama upacara kematian berlangsung. Lakkian ini berbentuk seperti tongkonan, tapi dengan ukuran lebih kecil dan tidak berdinding.

Lakkian memiliki dua lantai, yaitu lantai pertama digunakan sebagai tempat duduk untuk tempat keluarga  yang berduka. Sedangkan lantai kedua, digunakan sebagai tempat jenazah selama proses upacara adat berlangsung.

Salah satu kuburan batu yang sudah ada sejak tahu 1987 yang ada di Bori Kalimbuang.KOMPAS.com / CITRA FANY SAMPARAYA Salah satu kuburan batu yang sudah ada sejak tahu 1987 yang ada di Bori Kalimbuang.
Kuburan batu dengan umur ratusan tahun, baby graves, hingga rumah adat tongkonan dengan 1000 tanduk kerbau bisa Anda temukan di sini.

Baby graves atau kuburan bayi ini berbeda dengan kuburan kebanyakan. Bayi-bayi yang menyusui akan disemayamkan di dalam batang pohon Tarra yang telah dilubangi, kemudian dimasukan ke dalam dan ditutup dengan ijuk.

Pohon Tarra yang digunakan sebagai tempat penguburan karena pohon ini memiliki banyak getah, yang dipercayai akan menggantikan air susu ibu bayi yang sudah meninggal.

Kuburan yang menggunakan batu sebagai medianya.KOMPAS.com / CITRA FANY SAMPARAYA Kuburan yang menggunakan batu sebagai medianya.
Untuk bisa sampai ke tempat ini, Anda harus menempuh jarak kurang lebih 9 km menggunakan sepeda motor atau mobil dari Rantepao. Selama perjalanan, Anda akan ditemani pemandangan hamparan sawah yang luas dengan  sejuknya angin yang belum tercemar polusi. Pagi atau sore adalah waktu yang tepat untuk berkunjung.

Dengan membayar Rp 10.000 Anda sudah bisa menikmati keindahan yang ditawarkan Bori Kalimbuang yang menyajikan kurang lebih 102 menhir.

Jika ingin berkunjung ke sini, jam buka obyek wisata ini adalah pukul 08.00-22.00 WIT.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com