Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Pulau Wisata di Bangka Belitung Kini Dialiri Listrik

Kompas.com - 20/08/2018, 18:20 WIB
Heru Dahnur ,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

BANGKA SELATAN, KOMPAS.com - Tiga pulau yang menjadi destinasi baru pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung ditargetkan bisa menikmati layanan listrik selama 24 jam.

Masyarakat di daerah tersebut yakni Pulau Kelapan, Pulau Tanjung Tinggi, dan Pulau Panjang di Kabupaten Bangka Selatan saat ini menikmati listrik rata-rata enam jam sehari.

General Manajer PLN Bangka Belitung, Abdul Mukhlis, mengatakan pembangunan jaringan di tiga pulau (Kelapan, Tanjung Tinggi dan Pulau Panjang) mulai dilakukan setelah pengerjaan di Pulau Nangka rampung.

Di Pulau Kelapan yang terkenal dengan keindahan terumbu karang, dibangun satu unit pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) berkapasitas 40 kilo watt (kW).

Progress pembangunan pulau berpenduduk 28 Kepala Keluarga (KK) saat ini sedang tahap konstruksi dan ditargetkan selesai pada akhir November 2018.

"Sama halnya dengan Pulau Kelapan, Pulau Panjang yang berpenduduk 50 KK dan Pulau Tinggi dengan penduduk 40 KK saat ini sedang dibangun masing – masing satu unit PLTD berkapasitas 40 kW. PLN juga menargetkan kedua Pulau tersebut rampung pada akhir November 2018," tutur Mukhlis kepada awak media, Senin (20/8/2018).

Petugas pembangunan jaringan listrik PLN saat melintasi medan berlumpur di Pulau Nangka.KOMPAS.com/HERU DAHNUR Petugas pembangunan jaringan listrik PLN saat melintasi medan berlumpur di Pulau Nangka.

Menurut Mukhlis, melistriki pulau–pulau kecil bukanlah perkara mudah. PLN harus mengangkut material melewati laut.

Untuk menerangi Pulau Nangka yang terletak di Selat Bangka misalnya, petugas harus bergotong royong mengangkut mesin, material maupun tiang listrik menggunakan kapal nelayan.

"Kondisi pasir di dermaga Pulau Nangka maupun Tanjung Pura begitu gembur. Sehingga menyulitkan kaki melangkah di atasnya karena tersedot ke dalam pasir. Untuk dapat melewatinya, petugas harus mengenakan celana pendek dan melepaskan alas kaki," bebernya.

Sementara itu, Pulau Selat Nasik yang berpenduduk 1.534 KK dan Pulau Bukulimau yang berpenduduk 250 KK, masing–masing mendapat empat unit PLTD total kapasitas 1.200 kW untuk Selat Nasik dan empat unit PLTD kapasitas 400 kW untuk Bukulimau.

Kapasitas ini cukup untuk membangun cold storage kapasitas 187 kVA di Selat Nasik dan 10,6 kVA di Bukulimau agar produktifitas nelayan meningkat.

"Upaya kami untuk melistriki pulau – pulau kecil berpenduduk akan terus berlanjut hingga 2019. Nanti ada Pulau Rotan, Pulau Long, Pulau Berlian, Pulau Buntar dan Pulau Batun yang akan dibangun jaringannya," sebutnya.

Dia mengungkapkan, menerangi pulau–pulau kecil diperlukan investasi yang sangat besar, dengan return atau pengembalian yang lama. PLN harus menggelontorkan dana sebesar Rp 35,9 miliar untuk membangun PLTD di delapan pulau yang telah dibangun ditambah tiga pulau lagi yang saat ini masih dalam proses pengerjaan.

Biaya tersebut belum menghitung biaya investasi untuk pembangunan jaringan listrik dan biaya operasional seperti bahan bakar minyak (BBM), pelumas, pemeliharaan, kepegawaian dan lainnya.

Besarnya biaya pokok penyediaan listrik (BPP) agar listrik di pulau dapat menyala rata-rata sebesar Rp. 4.200,-/kWh sedangkan harga jual rata-rata hanya sebesar Rp. 1.457.-/kWh, karena pelanggan listrik masyarakat di kepulauan rata–rata adalah pelanggan daya 900 volt ampere (VA) sampai dengan 1.300 VA.

"Jika melihat kondisi ini, secara bisnis memang tidak menguntungkan, namun hal ini sebagai bentuk dukungan kami untuk mendorong kegiatan perekonomian, pedidikan, dan kesehatan di daerah kepulauan," ucapnya.

Pantai Tanjung Tinggi di Belitung.KOMPAS.com/Ni Luh Made Pertiwi F. Pantai Tanjung Tinggi di Belitung.

Pasokan listrik PLN diharapkan meringankan beban ekonomi warga. Sebelumnya warga dengan menggunakan genset harus mengeluarkan biaya rata-rata 800 - 900 ribu setiap bulan, dengan menyala selama lima jam dari pukul 18.00 – 23.00 WIB. Namun kini, cukup membayar antara 200 – 300 ribu rupiah dengan durasi nyala yang jauh lebih lama.

Warga Desa Pulau Nangka, Ema mengaku senang, rumahnya menjadi terang benderang. Pelayanan kesehatan desa (Polindes) juga menjadi lebih baik. Harapannya listrik PLN terus menyala menerangi desa.

Kepala Desa Pulau Sumedang, Muchlis, mengatakan, energi listrik telah membantu anak-anak dalam belajar.

"Untuk belajar itu susah. Kadang bahkan tidak belajar, karena hanya ada lampu kecil yang kurang terang dan bikin mata sakit. Sekarang sudah tenang, kami bahagia anak-anak bisa mudah belajar di malam hari," ucapnya.

Ketersediaan listrik juga diharapkan mengubah pola hidup masyarakat dari menggunakan bahan bakar minyak bumi, beralih ke kompor induksi listrik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com