Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Paralayang Cocok Dikembangkan di Pegunungan Arfak Papua Barat

Kompas.com - 24/08/2018, 07:06 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

PEGUNUNGAN ARFAK, KOMPAS.com – Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat dinilai cocok untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata paralayang. Hal itu diungkapkan oleh instruktur paralayang senior, David Agustinus Teak.

“Untuk jangka panjang, wisata paralayang di Pegunungan Arfak sangat potensial untuk tujuan wisata,” kata David di sela-sela kegiatan Ekspedisi Bumi Cenderawasih Mapala UI di Pegunungan Arfak, Rabu (22/8/2018).

Menurutnya, Pegunungan Arfak memiliki bentang alam yang bisa dijadikan untuk tempat tinggal landas (take off). David menyebut ada dua titik yang potensial untuk dikembangkan yaitu Bukit Kobrey di Distrik Sururey dan Bukit Tombrok di Distrik Anggi Gida.

Baca juga: Pemerintah Pegunungan Arfak Siapkan Infrastruktur dan Promosi Obyek Wisata

“Kalau untuk pemandangan di sini sangat indah. Kondisi cuaca di sini, di musim panas tergolong stabil. Secara keamanan, Papua Barat tergolong aman,” jelasnya.

Tim paralayang Mapala UI dalam Ekspedisi Bumi Cenderawasih bersiap untuk terbang melintasi Danau Anggi Giji, Distrik Anggi, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, Kamis (17/8/2018). Pegunungan Arfak berpotensi dikembangkan menjadi lokasi wisata paralayang.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Tim paralayang Mapala UI dalam Ekspedisi Bumi Cenderawasih bersiap untuk terbang melintasi Danau Anggi Giji, Distrik Anggi, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, Kamis (17/8/2018). Pegunungan Arfak berpotensi dikembangkan menjadi lokasi wisata paralayang.
Baik di Bukit Kobrey maupun Bukit Tombrok, lanjut David, sudah memiliki tingkat elevasi yang cukup untuk melakukan penerbangan. Sementara, pemandangan yang bisa dinikmati di Pegunungan Arfak seperti Danau Anggi Gida di Distrik Anggi Gida dan Anggi Giji di Distrik Anggi.

Baca juga: Tim Mapala UI Berhasil Terbang di Atas Dua Danau Pegunungan Arfak

Ia menyarankan kepada Pemerintah Daerah Pegunungan Arfak untuk menyiapkan sumber daya manusia yakni pilot paralayang dalam rangka pengembangan wisata paralayang. Selain itu, lanjut David, infrastruktur berupa landasan terbang, toilet, shelter, dan tempat makan juga perlu disiapkan.

“Saya kira butuh dua tahun untuk pengembangan wisata paralayang. Itu sudah termasuk penyiapan sumber daya manusia dan infrastruktur,” ujarnya.

Tim paralayang Mapala UI dalam Ekspedisi Bumi Cenderawasih bersiap untuk terbang melintasi Danau Anggi Giji, Distrik Anggi, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, Kamis (17/8/2018). Pegunungan Arfak berpotensi dikembangkan menjadi lokasi wisata paralayang.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Tim paralayang Mapala UI dalam Ekspedisi Bumi Cenderawasih bersiap untuk terbang melintasi Danau Anggi Giji, Distrik Anggi, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, Kamis (17/8/2018). Pegunungan Arfak berpotensi dikembangkan menjadi lokasi wisata paralayang.
Anggota Tim Paralayang Ekspedisi Bumi Cenderawasih Mapala UI, Agung mengatakan di Pegunungan Arfak punya potensi wisata yang lebih unggul karena sepasang danau yang unik yakni Danau Anggi Gida dan Anggi Giji. Dua danau itu bisa terlihat dari sebuah bukit bernama Bukit Kobrey.

“Jika dua danau itu dilihat ketika terbang paralayang tentu memiliki kesan tersendiri bagi wisatawan. Perbedaan warna antara danau satu dan lainnya ditambah lagi suhu yang sejuk karena danau berada pada ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut akan menambah rasa tersendiri saat menikmati wisata terbang paralayang,” kata Agung kepada KompasTravel.

Bupati Pegunungan Arfak, Yosias Saroi mengatakan pihaknya membutuhkan sumber daya manusia untuk membantu pengembangan wisata paralayang di Pegunungan Arfak. Menurutnya, ada pemuda-pemuda di Pegunungan Arfak yang bisa dilatih untuk mengembangkan wisata paralayang.

“Jadi nanti kalau adik-adik siap, bisa ada pengadaan alat dan bisa operasikan paralayang sendiri dan bisa melayani wisatawan yang ingin nikmati pemandangan danau,” kata Yosias saat ditemui di rumah dinasnya.

Tim paralayang Mapala UI dalam Ekspedisi Bumi Cenderawasih berhasil terbang melintasi Danau Anggi Gida dan Anggi Giji, Jumat (17/8/2018). Tim Mapala UI mencatat sejarah sebagai tim yang pertama kali terbang di atas Danau Anggi Gida dan Anggi Giji, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat.KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Tim paralayang Mapala UI dalam Ekspedisi Bumi Cenderawasih berhasil terbang melintasi Danau Anggi Gida dan Anggi Giji, Jumat (17/8/2018). Tim Mapala UI mencatat sejarah sebagai tim yang pertama kali terbang di atas Danau Anggi Gida dan Anggi Giji, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat.
Pegununungan Arfak adalah kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Manokwari pada tahun 2014. Pegunungan Arfak bisa diakses melalui jalur udara yaitu pesawat perintis dan jalur darat dengan mobil penggerak empat roda.

Ada beberapa obyek wisata bisa ditemukan di Pegunungan Arfak seperti Danau Anggi Gida dan Anggi Giji, penangkaran kupu-kupu Sayap Burung, rumah tradisional Suku Arfak  yang disebut rumah kaki seribu, dan tarian adat yaitu tari tumbuk tanah.

Danau Anggi Gida dan Danau Anggi Giji di Pegunungan Arfak adalah obyek wisata berbentuk danau yang terletak di ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Wisatawan bisa menikmati panorama danau dari atas bukit sambil menyesap sejuknya cuaca di Danau Anggi Gida dan Anggi Giji.

Mau jalan-jalan gratis ke Jerman bareng 1 (satu) teman kamu? Ikuti kuis kerja sama Kompas.com dengan Scoot lewat kuis JELAJAH BERLIN. Ada 2 (dua) tiket pesawat PP ke Jerman, voucher penginapan, Berlin WelcomeCards, dan masih banyak lagi. Ikuti kuisnya di sini. Selamat mencoba!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com