Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turis Italia dan Jerman Terpikat dengan Tradisi Berkuda Rongga

Kompas.com - 24/08/2018, 12:03 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

“Tiga tahun lalu saya mengunjungi Kota Waelengga dan Kampung Sambikoe tidak disambut dengan semeriah ini. Namun, kali ini saya merasakan hal yang berbeda atas penyambutan yang unik dan memikat mata dan hati kami yang berkunjung kali ini," katanya.

"Kami sangat terkesan dengan penyambutan ini dan ini mengingatkan kami untuk kembali berkunjung ke wilayah ini di tahun yang akan datang. Kami mengucapkan terimakasih banyak atas penyambutan adat yang sangat unik dari budaya setempat,” sambung Ludwig Nossing.

Memilih Jalan Kaki Menuju ke Pastoran Waelengga

Saat ditanya kepada pendamping, Pastor Tus, SVD, apakah tamunya berada di dalam bus dan diantar pasukan berkuda di bagian depan, spontan seluruh tamu memilih jalan kaki dari Jembatan Waemokel menuju ke pastoran Waelengga.

Seorang tamu Italia, Michael Vieider berani menunggang kuda dari Jembatan Waemokel sampai di pastoran Waelengga.

Kunjungan tamu Italia dan Jerman itu bertepatan dengan persiapan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 73 tahun.

Saat itu di lapangan sepak bola Waelengga sedang melatih pasukan Paskibraka oleh aparat polisi dan TNI. Sesekali tamu itu berhenti di pinggir lapangan untuk melihat dan mengabadikan peristiwa tersebut.

Ketua rombongan turis Italia dan Jerman menerima Moke Kepok Sundung di Jembatan Waemokel, Manggarai Timur, NTT, Rabu (15/8/2018).KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Ketua rombongan turis Italia dan Jerman menerima Moke Kepok Sundung di Jembatan Waemokel, Manggarai Timur, NTT, Rabu (15/8/2018).
Pasukan berkuda Rongga terus mengantar mereka dikawal aparat kepolisian bagian depan untuk mengatur lalu lintas dan bagian belakang diiringi rombongan orang muda katolik dengan mengendarai kendaraan roda dua. Tamu-tamu terus menyapa warga di kiri kanan jalan Transflores dengan sapaan, “Hello!”

Akhirnya tamu-tamu tiba di pintu gerbang Gereja Santo Arnoldus dan Josef Waelengga. Sekitar 45 menit jalan kaki dari Jembatan Waemokel sampai di pastoran Waelengga.

Di pintu masuk pastoran sudah ditunggu Pastor Paroki Santo Arnoldus dan Josef Waelengga, Pastor Lian Angkur, Pr, Ketua Dewan Pastoral paroki itu, Lukas Sumba, dan tua adat untuk menyambut secara adat sebelum tamu masuk di ruangan tamu pastoran.

Pastor Angkur mengungkapkan selamat datang di pastoran Waelengga. "Kami siap memberikan pelayanan yang terbaik bagi tamu-tamu yang ada disini dalam beberapa hari ke depan. Kami juga menyuguhkan tamu dengan minuman kopi arabika Manggarai Timur, hidangan makanan lokal seperti ubi kayu dan ubi keladi," katanya.

Disuguhkan Kopi Arabika dan Makanan Lokal

Budaya orang Manggarai Timur, Flores dalam menyambut tamu yang berkunjung di rumah-rumah dengan suguhan minuman kopi arabika khas Manggarai Timur.

Ludwig Nossing sedang memberikan ucapan terima kasih atas penerimaan dengan ritual adat dan tradisi berkuda saat berada di Jembatan Waemokel, Kabupaten Manggarai Timur, NTT,  Rabu (15/8/2018).KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Ludwig Nossing sedang memberikan ucapan terima kasih atas penerimaan dengan ritual adat dan tradisi berkuda saat berada di Jembatan Waemokel, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Rabu (15/8/2018).
Baik anggota keluarga yang bertamu maupun orang asing selalu disuguhkan dengan minuman kopi dengan aroma khas kopi Manggarai Timur. Ini merupakan salah satu keramahtamahan orang Manggarai Timur dalam menyambut tamu yang bertamu di rumah.

Tamu boleh menentukan minuman kopinya, apakah kopi pait, pahit, tanpa gula atau kopi campur dengan gula.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com