Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Hotel Indonesia, Ini 4 Hotel Bersejarah yang Masih Beroperasi

Kompas.com - 24/08/2018, 16:17 WIB
Silvita Agmasari,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

Awalnya hotel tersebut dibangun dengan nama Oranje Hotel oleh Lucas Martin Sarkies asal Armenia. Pada tahun 1936, hotel tersebut direnovasi dengan tambahan sentuhan art deco.

Akibat Perang Dunia II, Jepang menguasai bumi Nusantara. Oranje Hotel pun diambil alih dan berganti nama menjadi Yamato Hoteru.

Pada 1945 sebuah peristiwa bersejarah mengambil tempat. Perobekan kain biru bendera Belanda menjadi bendera merah-putih. Saat itu, pagi hari di 19 September 1945, Mastiff Carbolic mengibarkan bendera Belanda.

Masyarakat Indonesia yang melihat bendera itu pun marah dan naik ke atas hotel. Bendera Belanda diturunkan, lalu warna biru dirobek.

Bendera Merah Putih pun dikibarkan. Di tahun 1946, hotel kembali dikelola oleh Sarkies dan mengganti nama hotel menjadi Hotel L.M.S. Sampai kemudian di tahun 1969, hotel berubah nama lagi menjadi The Majapahit.

Sampai saat ini, Hotel Majapahit berdiri kokoh dan menjadi salah satu tujuan wisata penggemar sejarah di Surabaya.

Di hotel ini, terdapat kamar bersejarah yaitu kamar Charlie Chaplin. Komedian itu pernah menginap di tahun 1936. Kamar tersebut diberi nama Kamar Merdeka dengan nomor kamar 33.

 Hotel Salak The Heritage, Bogor Hotel Salak The Heritage, Bogor Hotel Salak The Heritage, Bogor

3. Hotel Salak The Heritage, Bogor

Pembangunan hotel dengan nama asli Bellevue-Dibbets Hotel ini tidak lepas dari Istana Bogor yang saat itu menjadi tempat istirahat Gubernur Jendral VOC.

Bellevue-Dibbets Hotel dibangun pada 1856 dan masih termasuk milik keluarga Gubernur Jenderal VOC.

Hotel ini sengaja dibangun bagi kaum elit pemerintahan VOC, mengingat saat itu Bogor menjadi pusat pemerintahan dan pusat penelitian tumbuhan tropis di kawasan Sukabumi dan Cianjur.

Di era pendudukan Jepang, hotel ini sempat menjadi markas militer Jepang. Namun di tahun 1948, hotel tersebut pun kembali ke fungsi awalnya dan berubah nama menjadi Hotel Salak.

Pada 1998, Hotel Salak kembali berganti nama menjadi Hotel Salak The Heritage dengan penambahan gedung-gedung baru. Gedung lama yang kaya akan sejarah dan arsitektur khas masa kolonial Belanda tetap dipertahankan.

4. Grand Inna Medan

Memiliki nama asli Hotel Mijn de Boer. Hotel ini dibangun pada 1898 oleh pengusaha Belanda bernama Aeint Herman de Boer.

Awalnya Boer tinggal di Surabaya dan sempat menjadi pemilik restoran. Barulah ia pindah ke Medan dan membangun hotel kecil. Seiring waktu hotel yang lebih dikenal dengan nama Hotel de Boer ini diperluas.

Hotel de Boer pernah menjadi akomodasi pesohor dari Eropa, termasuk Raja Léopold II dari Belgia dan mata-mata terkenal Mata Hari.

Pasca merdeka, Hotel De Boer diambil alih oleh pemerintah Indonesia, dan dibangun Wisma Deli di area hotel. Sehingga kini hotel ini terdiri dari tiga bagian gedung.

Mau jalan-jalan gratis ke Jerman bareng 1 (satu) teman kamu? Ikuti kuis kerja sama Kompas.com dengan Scoot lewat kuis JELAJAH BERLIN. Ada 2 (dua) tiket pesawat PP ke Jerman, voucher penginapan, Berlin WelcomeCards, dan masih banyak lagi. Ikuti kuisnya di sini. Selamat mencoba!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com