Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turis Eropa Menari Sanggu Alu, Lipa Songke, dan Congkae Sae di Flores

Kompas.com - 25/08/2018, 09:01 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

WAELENGGA, KOMPAS.com — Menari Sanggu Alu, Lipa Songke dan Congka Sae merupakan tarian khas yang selalu dipentaskan oleh siswa dan siswi Sekolah Menengah Pertama Katolik Waemokel, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kamis (16/8/2018) pagi, 12 turis asal Italia dan Jerman terpukau dengan loncatan penari SMPK Waemokel mementaskan tarian Sanggu Alu di celah-celah bambu kecil di lapangan olahraga lembaga tersebut.

Penari perempuan memakai kain lipa songke dipadukan baju kebaya sementara penari laki-laki dengan kain lipa songke dan baju kemeja putih.

Baca juga: Turis Italia dan Jerman Terpikat dengan Tradisi Berkuda Rongga

Penampilan para penari ini membuat 12 turis asal Italia dan Jerman itu tak beranjak dari kursi mereka di depan kelas yang sudah disediakan khusus bagi tamu-tamu yang diundang Pastor Tus Mansuetus, SVD, seorang misionaris asal Kampung Sambikoe yang berkarya di Negeri Pizza, Italia.

Saat 12 turis itu yang didampingi Pastor Tus, SVD bersama Pastor Paroki Santo Arnoldus dan Josef Waelengga, Pastor Godfridus Sisilianus Angkur Pr, yang akrab disapa Romo Lian memasuki pintu gerbang SMPK Waemokel, suasana sangat terasa berbeda.

Turis Italia dan Jerman berjalan kaki menuju ke SMKP Waemokel, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (16/8/2018).KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Turis Italia dan Jerman berjalan kaki menuju ke SMKP Waemokel, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (16/8/2018).
Saat itu Kepala Sekolah SMPK Waemokel, Robertus Wahab bersama guru-guru dengan kemeja batik khas lembaga itu dan seluruh siswa dan siswi di lembaga itu siap menyambut kunjungan tamu mancanegara tersebut.

Baca juga: Tiga Kampung Adat yang Memukau di Lembah Jerebuu Flores

Para penari dengan pakaian adat khas Manggarai Timur juga ikut menyambut tamu-tamu asal Italia dan Jerman yang khusus menyaksikan pementasan atraksi budaya di lembaga itu.

Siswa dan siswi dan para guru dengan wajah yang penuh gembira menyambut kunjungan tamu istimewa di lembaga itu.

Kepok Sundung bagi Tamu Mancanegara

Tua adat sekaligus pengurus Komite di SMPK Waemokel, Damianus Tarung, Nikolaus Anggal dan Yosep Geong melangsungkan ritual kepok sundung di pintu gerbang lembaga itu.

Penuturan adat dilantunkan oleh tua adat untuk menyambut kunjungan itu ke lembaga tersebut.

Menyambut tamu Italia dan Jerman di sekolah SMPK Waemokel, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Kamis (16/8/2018).KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Menyambut tamu Italia dan Jerman di sekolah SMPK Waemokel, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Kamis (16/8/2018).
Moke bakok yang disimpan dalam sebuah wadah tawu dipegang tua adat tersebut disaksikan seluruh siswa dan siswi serta guru-guru di lembaga itu untuk menerima tamu-tamu mancanegara tersebut.

Setelah bahasa adat dilantunkan, tawu yang berisi moke bakok diserahkan kepada rombongan Italia dan Jerman tersebut.

Hari itu tampil sebagai ketua rombongan adalah Gunther Filippi menerima moke bakok dan dikalungkan dengan selendang songke khas Manggarai Raya. Juga seorang tamu perempuan yang dikalungkan selendang songke, Erna Agstner.

Gunther Filippi dalam sapaannya mengungkapkan penyambutan secara adat sesuai budaya orang Manggarai Timur memberikan kesan yang menusuk nurani kami yang hadir.

Ini peristiwa langka yang kami alami karena keramahtamahan orang Manggarai Timur sungguh memberikan nilai yang berharga bagi kami.

Serahkan moke bakok kepada tamu Italia di Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (16/8/2018).KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Serahkan moke bakok kepada tamu Italia di Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (16/8/2018).
“Kami tidak akan lupa dengan penyambutan yang begitu akrab serta menampilkan adat istiadat setempat. Kami mengucapkan terima kasih banyak atas penerimaan ini. Sejak kemarin kami disambut dengan budaya khas orang Manggarai Timur,” ucapnya.

Ritual adat kepok sundung selesai dilaksanakan, penari kelong mengantar tamu-tamu itu ditempat yang sudah disediakan oleh lembaga itu.

Setelah tamu berada di tempat yang disediakan, koreografi SMPK Waemokel, Belasius Jehamat dibantu pemandu acara pementasan atraksi budaya mengumumkan persiapan pementasan tarian Sanggu Alu khas SMPK Waemokel.

Penari laki-laki membawa alu dari bambu kecil dan dipasang di halaman pementasan, tak lama berselang, penari Sanggu satu persatu membentuk lingkaran di sekeliling tempat itu.

Sang koreografer, Jehamat menginformasikan kepada tamu dan diterjemahkan oleh Pastor Tus, SVD dalam bahasa Italia dan Jerman bahwa pementasan tarian Sanggu Alu akan dilaksanakan.

Seorang siswi SMPK Waemokel, Intan memakaikan topi songke kepada tamu Italia, di Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (16/8/2018).KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Seorang siswi SMPK Waemokel, Intan memakaikan topi songke kepada tamu Italia, di Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (16/8/2018).
Seketika itu seluruh perhatian dari tamu Italia dan Jerman mengarahkan ke lapangan pementasan.

Hari itu ada tiga kelompok penari Sanggu Alu dengan irama yang berbeda-beda. Secara bergantian, penari perempuan menari-nari dan meloncat dengan indah dicelah-celah Alu yang digerakkan oleh penari laki-laki.

Musik gong dan gendang mengiringi penari untuk memberikan semangat dalam mementaskan tarian khas di sekolah itu.

Bunyi gesekan bambu kecil yang digerakkan penari laki-laki dengan bunyi “kerangkuk kak, kerangkuk kak” mengajak penari perempuan untuk menjingkrak-jingkrak di celah-celah gesekan bambu kecil tersebut sambil diiringi musik gong dan gendang.

Kurang lebih 45 menit, penari mementaskan tarian sanggu alu, tiba-tiba tamu Italia dan Jerman jalan dari tempat duduknya dan ikut menari Sanggu Alu dipandu oleh penari perempuan dan koreografi sekolah tersebut.

Menari Sanggu Alu di SMPK Waemokel, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT, Kamis (16/8/2018). KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Menari Sanggu Alu di SMPK Waemokel, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT, Kamis (16/8/2018).
Tamu Italia, Anna Varhalen dan Isabela Delazer menari dengan hati-hati karena belum terbiasa menari Sanggu Alu. Keduanya menjingkrak-jingkrak di celah-celah bambu yang secara pelan-pelan digesekkan penari lak-laki.

Dengan wajah gembira dan senyum khas orang Italia dan Jerman, kedua menari-nari di celah-celah bambu kecil itu. Tamu lain juga menari di kelompok Sanggu Alu.

Suasana penuh kegembiraan karena melihat keluguan mereka saat menari Sanggu Alu. Selanjutnya mereka foto bersama dengan semua penari Sanggu Alu.

Jika seseorang tidak terbiasa menari Sanggu Alu, sebaiknya menyaksikan dari luar lingkaran karena menari Sanggu Alu membutuhkan kelincahan gerakan kaki seirama dengan gerakan tubuh dari seorang penari. Jika tidak maka kaki penari akan terhimpit oleh dua alu bambu kecil itu.

Hanya orang-orang khusus yang dilatih bisa menari di celah-celah gesekan dua alu tersebut dan juga membutuhkan keberanian dalam mementaskan tarian Sanggu Alu.

Turis Italia menari Sanggu Alu, di Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (16/8/2018). KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Turis Italia menari Sanggu Alu, di Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (16/8/2018).
Selanjutnya pementasan tarian Congka Sae, liukan tubuh penari perempuan dipadukan dengan irama lagu-lagu bahasa Manggarai Raya memikat mata tamu Italia dan Jerman tersebut.

Tarian Congka Sae adalah tarian khas orang Manggarai Raya dalam berbagai upacara adat maupun kegiatan-kegiatan nasional dan lokal di wilayah Manggarai Raya.

Tarian Congka Sae apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, "Congka" berarti menari dan "Sae" artinya bersama-sama. Jadi Congka Sae adalah menari secara bersama dengan diiringi gong dan gendang.

Secara tiba-tiba turis Italia dan Jerman turun di lokasi atraksi dan ikut menari Congka Sae. Tepuk tangan meriah karena melihat tamu-tamu itu menari Congka Sae atau Songka Sae dan suasana penuh persaudaraan antara siswa dan siswi SMPK Waemokel dengan tamu Italia dan Jerman di hari itu.

Bagian ketiga dari pementasan budaya itu adalah tarian Lipa Songke. "Lipa" adalah kain khas orang Manggarai dan "songke" adalah motif kain orang Manggarai Raya.

Seorang turis Italia menunggang kuda dalam tradisi penjemputan tamu dengan tradisi berkuda dari Rongga, Rabu (15/8/2018).KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Seorang turis Italia menunggang kuda dalam tradisi penjemputan tamu dengan tradisi berkuda dari Rongga, Rabu (15/8/2018).
Entakan kaki yang seirama dari sejumlah penari perempuan memukau mata 12 turis Italia dan Jerman. Kain selendang yang melingkar di bahu penari itu menarik mata untuk terus diperhatikan. Pandangan mata tamu itu hanya tertuju kepada penari di halaman sekolah tersebut.

Tarian Lipa Songke adalah tarian untuk menghormati kaum perempuan yang menenun kain songke. Entah dari mana kaum perempuan Manggarai Raya menenun Lipa Songke. Itu masih ditelusuri oleh generasi penerus Manggarai Raya.

Namun, salah satu untuk menghargai dan menghormati karya gemilang mereka maka koreografi lokal mengangkat tarian Lipa Songke. Lagi-lagi turis Italia dan Jerman turun dari tempat duduk dan ikut menari lipa songke.

Penari perempuan dari sekolah itu memberikan selendang kepada penari Italia dan Jerman. Kemeriahan sangat terasa dengan melihat orang asing menari Lipa Songke dengan gaya yang unik.

Anna Maria, salah satu turis Italia kepada KompasTravel, Kamis (16/8/2018) menuturkan, pementasan budaya siswa dan siswi SMPK Waemokel sangat unik. Anna bersyukur bisa melihat langsung karya-karya anak sekolah di lembaga ini.

Siswi SMPK Waemokel mementaskan tarian Congka Sae, Kamis (16/8/2018). KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Siswi SMPK Waemokel mementaskan tarian Congka Sae, Kamis (16/8/2018).
“Saya spontan ikut menari Lipa Songke, Congka Sae dan Sanggu Alu karena saya tertarik untuk mencoba dan merasakannya,” ungkapnya.

Kepala Sekolah SMPK Waemokel, Robertus Wahab kepada KompasTravel mengatakan tarian Sanggu Alu, Lipa Songke dan Congka Sae merupakan tarian khas lembaga ini.

Berbagai pementasan di wilayah Manggarai Timur, siswa dan siswi selalu mementaskan tiga tarian ini walaupun ada banyak dipelajari oleh siswa dan siswi di sekolah ini.

Tarian ini juga dikenal di tingkat nasional yang dimuat di media The Jakarta Post saat pementasan 17 Agustus beberapa tahun lalu di lapangan sepak bola Waelengga.

“Saya berterima kasih kepada Pastor Tus Mansuetus, SVD, Pastor Paroki Santo Arnoldus dan Josef Waelengga, Pastor Lian Angkur, Pr sebagai perwakilan Yayasan Sukma di Kota Komba, siswa dan siswi, Alumni SMPK Waemokel, pengurus komite, guru-guru dan jurnalis KompasTravel karena tamu Italia dan Jerman menyaksikan pementasan budaya di sekolah ini,” jelasnya.

Siswi SMPK Waemokel, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, mementaskan tarian Lipa Songke bagi turis Italia dan Jerman, Kamis (16/8/2018).  KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Siswi SMPK Waemokel, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, mementaskan tarian Lipa Songke bagi turis Italia dan Jerman, Kamis (16/8/2018).
Sekretaris Alumni SMPK Waemokel, Petrus Yohanes Elmiance kepada KompasTravel, Jumat (17/8/2018) mengharapkan pementasan tarian budaya di lembaga SMPK Waemokel terus dilanjutkan ditingkatkan demi kelestarian budaya lokal yang mendunia.

Mantan Kepala Sekolah SMPK Waemokel sekaligus pengurus Komite lembaga itu, Yosep Geong kepada KompasTravel mengharapkan atraksi budaya khas lembaga SMPK Waemokel sudah diperkenalkan kepada tamu Italia dan Jerman.

Untuk itu pengembangan dan kreativitas bagi siswa dan siswi terus dikembangkan dan ditingkatkan di masa akan datang.

“Kita sudah perkenalkan kepada tamu Italia dan Jerman yang diundang Pastor Tus, SVD yang juga alumni dari SMPK Waemokel. Orang asing selalu ingat akan apa yang sudah diperkenalkan kepada mereka dengan kesan yang baik dan menarik. Mereka tidak akan lupa apa yang mereka rasakan dan lihat di sekolah ini,” kata Yosep Geong.

Mau jalan-jalan gratis ke Jerman bareng 1 (satu) teman kamu? Ikuti kuis kerja sama Kompas.com dengan Scoot lewat kuis JELAJAH BERLIN. Ada 2 (dua) tiket pesawat PP ke Jerman, voucher penginapan, Berlin WelcomeCards, dan masih banyak lagi. Ikuti kuisnya di sini. Selamat mencoba!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com