Minggu malam (5/8/2018) peserta lomba dan jurnalis KompasTravel memperoleh arahan dari Panitia tentang lokasi lomba serta gambaran-gambaran tentang keunikan burung endemik Sumba dan alam serta budaya setempat.
Selanjutnya Senin (6/8/2018)-Rabu (8/8/2018) berada di spot pengamatan burung Manurara di dalam kawasan Taman Nasional MataLawa Sumba. Saat itu fokus untuk mengumpulkan bahan liputan serta mengunjungi obyek wisata di dalam kawasan tersebut.
Bertemu Fotografer Sumba
Kamis (9/8/2018), penerbangan Kompas Travel untuk kembali ke Flores, Nusa Tenggara Timur dengan pesawat Nam Air pukul 16.00 Wita menuju ke Bandara Eltari Internasional Kupang.
Malamnya saya putuskan untuk berangkat pagi dari Penginapan Puspas Keuskupan Sumba di Waibakul bersama dengan rombongan peserta lomba yang bali ke Kota masing-masing melalui Bandara Tambolaka.
Sebagian peserta dan tim juri terbang pagi sesuai dengan tiket masing-masing dan ada juga penerbangan siang. Dalam tiket saya terbang sore.
Minum Kopi Sumba
Setiba di Bandara Tambolaka, saya dan sejumlah peserta memesan kopi rasa Sumba yang dijual di kedai bandara oleh pedagang lokal setempat.
Rasa kopi sumba sangat berbeda dengan rasa kopi khas Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur maupun Flores pada umumnya.
Semua orang di bandara mengetahui Rumah Budaya Sumba tersebut dan selanjutnya mencari informasi tentang sewa travel dalam sehari dari Bandara Tambolaka menuju ke Rumah Budaya Sumba.
Tak lama kemudian, muncul sopir travel bandara menginformasi harga per hari dalam menyewa travel. Negosiasi harga terjadi, namun karena harganya cukup mahal akhirnya saya memutuskan untuk tidak menyewa mobil travel dan berada di Bandara Tambolaka sambil menunggu penerbangan sore hari ke Bandara Eltari di Kupang.
Ketika sedang menikmati kopi rasa sumba, saya melihat bus travel milik Rumah Budaya Sumba yang mengantar tamu ke Bandara Tambolaka. Seketika itu saya mengontak Pastor Robert bahwa saya ingin ke Rumah Budaya Sumba.
Tiba di Restoran Rumah Budaya Sumba
Saya turun dari bus itu menuju ke sebuah gedung megah bermotif Rumah Adat Sumba. Gedung itu adalah restoran Rumah Budaya Sumba.
Sebelumnya saya melihat sosok Pastor Robert di media massa, lalu hari itu terwujud untuk bertemu langsung dengan sosok tersebut. Saat itu Pastor Robert duduk didampingi seorang wisatawan asal Kenya, Len Ogembo yang menginap di Rumah Budaya Sumba tersebut.
Selanjutnya Pastor Robert menyapa selamat datang di Rumah Budaya Sumba serta menyapa wisatawan asal Kenya tersebut. Selanjutnya Pastor Robert menawarkan jasa baiknya dengan bertanya, mau minum apa?