Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Menyelamatkan Hutan Bakau Terakhir di Manado

Kompas.com - 30/08/2018, 08:05 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - 15 tahun yang lalu, pengeboman ikan dan kerusakan karang begitu masif terjadi di pesisir Tongkaina, Manado.

Abrasi pun menggerus senti demi senti desa yang tempat tinggal keturunan Suku Sangir. Para pelakunya selalu punya akal untuk mengelabui penjaga dari polisi air (polair) dan masyarakat.

"Di sini kan mayoritas Kristen, jadi mereka ngebom itu pas minggu, pas kita ibadah, ga ada yang jaga, rusak terus ikan dan karang di sini," ucap Benyamin Loho, tokoh masyarakat yang kini jadi pelopor lingkungan di Tongkaina, saat dikunjungi KompasTravel dalam perayaan Hari Konservasi Nasional (HKAN) di Manado, Rabu (29/8/2018).

Ia menceritakan begitu kacaunya ekosistem di sana lima sampai 10 tahun lalu. Masyarakat pun belum sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan.

Dermaga dengan panjang 400 meter di Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara.KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Dermaga dengan panjang 400 meter di Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara.

Hal tersebut nampaknya tercium beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) lingkungan, salah satunya Manengkel Solidaritas.

"Tongkaina ini benteng terakhir mangrove Manado. Manado sudah reklamasi semua dan waktu itu akan terus bertambah, hanya tersisa ini," tutur Sella salah satu fasilitator Mangrove Park Bahowo, Kelurahan Tongkaina kepada KompasTravel.

Benyamin Loho akhirnya rutin melapor ke Polair untuk dilakukan penindakan secepatnya. Akhirnya masyarakat diberi kepercayaan berupa handy talkie untuk melaporkan jika ada pelaut mencurigakan masuk kawasan Tongkaina.

"Setelah kita dikasih handy talkie untuk melapor, juga ada speedboat, kita rutinkan patroli warga, kalau ada yang mau ngebon tinggal lapor pake HT," ujarnya bercerita.

Indahnya barisan mangrove di ekowisata Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara yang dikelola oleh Kelompok Mangrove Tongkena, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018). KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Indahnya barisan mangrove di ekowisata Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara yang dikelola oleh Kelompok Mangrove Tongkena, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018).

Di sisi lain, Sella dengan pihak LSM-nya melakukan penyadaran lewat stakeholder seperti kepala desa, dan pihak-pihak pemerintahan lain.

Usaha mereka pun lama-lama semakin terlihat, di tahun 2016 selain pengeboman menurun drastis, pemda mulai membangun dermaga, dan masyarakat mulai membersihkan daerah pesisir.

Keistimewaan mangrove di Tongkaina, Manado

Benyamin mengatakan keistimewaan hutan bakau di tanah kelahirannya ialah punya ekosistem yang sangat bersih. Air yang jernih dengan pandangan bisa terlihat langsung ke dasar, juga nyaris bebas sampah apapun.

"Dari dulu ini bersih, bisa dilihat airnya juga bening. Tiap jumat kita ada lomba nyari sampah sekecil mungkin, paling banyak nanti dikasi Rp 10.000," papar Benyamin.

Indahnya barisan mangrove di ekowisata Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara yang dikelola oleh Kelompok Mangrove Tongkena, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018). KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Indahnya barisan mangrove di ekowisata Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara yang dikelola oleh Kelompok Mangrove Tongkena, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018).

Sella berpendapat, potensi Kelurahan Tongkaina menjadi tempat ekowisata sangat besar. Selain karena benteng terakhir hutan bakau di Manado, juga memiliki masyarakat adat yang masih otentik.

"Suku Sangir di sini masih ada adat dan kesenian yang benar-benar dipelihara, kita akan kembangkan ini jadi aktraksi untuk wisatawan yang berkunjung," ucapnya.

Ia pun memandang lokasinya tidak terlalu jauh dari Pulau Talaud, dan Bunaken yang lebih dahulu terkenal di kalangan wisatawan.

"Proyeksi perencanaan kita, di tahun ketiga ini masyarakat sudah sadar lingkungan dan bersiap ke ekowisata. Nanti ada kelompok kuliner, suvenir, homestay, dan sanggar kesenian," pungkasnya.

Indahnya barisan mangrove di ekowisata Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara yang dikelola oleh Kelompok Mangrove Tongkena, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018). KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Indahnya barisan mangrove di ekowisata Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara yang dikelola oleh Kelompok Mangrove Tongkena, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018).

Kini wisatawan yang ingin menikmati keindahan barisan hutan bakau sembari mancing, menikmati sunset, hingga birdwatching bisa dilakukan dengan gratis. Wisatawan hanya  perlu membayar parkir.

Ke depan, Benyamin dan Sella menargetkan masyarakat harus sejahtera dari alam yang semakin terawat ini, yaitu dengan ekoturisme Mangrove Park Bahowo di Kelurahan Tongkaina, Kecamatan Bunaken, Manado.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com