Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Makan Bedulang, Simbol Kehangatan Keluarga di Belitung...

Kompas.com - 07/09/2018, 21:00 WIB
Jessi Carina,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

BELITUNG, KOMPAS.com - Jika sedang berlibur ke luar kota, jangan hanya mencicipi makanan khasnya saja. Namun, oba juga cara makan yang unik dan berbeda di setiap daerah.

Di Belitung sendiri ada yang namanya makan bedulang. Sebuah tradisi yang masih suka dilakukan oleh warga Belitung hingga kini. Kemarin, Kompas.com mencoba ikut makan bedulang di restoran Wan Bie di Jalan Sriwijaya, Tanjung Pandan, Kamis (6/9/2018).

Nasi bedulang disajikan lewat sebuah tampah yang ditutup tudung saji. Di dalamnya terdapat 6 piring berisi berbagai macam lauk pauk. Di tengahnya, terdapat mangkuk berisi makanan berkuah.

Pada menu saya tadi malam, 6 piring itu diisi dengan ayam ketumbar, otak-otak goreng, oseng kentang buncis, teri goreng, sambal, dan irisan timun. Di tengahnya terdapat gangan daging berwarna kuning. Satu paket nasi bedulung disiapkan untuk 4 orang.

Makanan di dalam tudung nasi bedulang itu bisa berbeda-beda di setiap tempat. Namun pada intinya, makanan yang disajikan adalah yang benar-benar disediakan alam untuk warga Belitung.

Pemandu wisata saya tadi malam, Dody, mengatakan ada cara-cara khusus untuk menyantap makanan itu.

"Nanti yang membuka tudung sajinya harus yang paling tua ya," kata dia.

Kemudian, orang yang berusia paling muda bertugas membagikan piring ke anggota lain. Dody mengatakan itu merupakan simbol penghormatan dari yang muda kepada yang lebih tua.

Tudung nasi bedulang khas Belitung yang disajikan di restoran Wan Bie, Jalan Sriwijaya, Tanjung Pandan, Kamis (6/9/2018). KOMPAS.com/JESSI CARINA Tudung nasi bedulang khas Belitung yang disajikan di restoran Wan Bie, Jalan Sriwijaya, Tanjung Pandan, Kamis (6/9/2018).

Berasal dari makanan keluarga

Jika dilihat asal usulnya, sebenarnya awal mula nasi bedulang sederhana saja. Makan bedulang adalah tradisi kehangatan keluarga Belitung saat makan bersama.

Pemilik restoran Wan Bie, Gunawan Chandra, menjelaskan tradisi ini berawal dari keseharian warga Belitung. Seorang istri memasak makanan untuk keluarga di rumah sementara sang suami bekerja menambang timah.

Ketika makanan matang, lauk pauknya disimpan di dalam tudung untuk menjaga kehangatannya. Semua anggota keluarga menunggu sang ayah pulang bekerja untuk makan bersama.

Ketika semua anggota keluarga lengkap, mereka berkumpul bersama mengelilingi bedulang itu.

"Nah si anak mengambilkan nasi buat Bapaknya karena anak adalah yang paling muda," ujar Gunawan.

Restoran Wan Bie di Jalan Sriwijaya, Tanjung Pandan, yang menyajikan nasi bedulang khas Belitung. Foto diambil pada Kamis (6/9/2018). KOMPAS.com/JESSI CARINA Restoran Wan Bie di Jalan Sriwijaya, Tanjung Pandan, yang menyajikan nasi bedulang khas Belitung. Foto diambil pada Kamis (6/9/2018).

Seiring berjalannya waktu, Gunawan mengatakan makan nasi bedulang dilakukan pada acara tertentu dan orang tertentu saja. Misalnya untuk orang penting pada saat acara adat.

"Namun sejatinya ini adalah makanan keluarga," ujar dia.

Di restoran ini, Gunawan memang menyajikan nasi bedulang sebagai makanan utama. Dia mengatakan kebanyakan yang makan di restorannya adalah turis.

Namun warga lokal juga sering datang ke tempatnya dalam waktu-waktu khusus.

"Misalnya mereka kedatangan tamu lalu mau menjamu, makannya nasi bedulang," ujar Gunawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com