Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Pelaku Industri Pariwisata tentang Dollar Menguat terhadap Rupiah

Kompas.com - 10/09/2018, 17:04 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan nilai tukar dolar terhadap rupiah ternyata lambat laun dapat mempengaruhi industri wisata. Salah satunya agen wisata atau tour operator yang dinilai akan terkena imbasnya.

Dari pantauan KompasTravel di acara Kompas Travel Fair (KTF), 7-9 September 2018, berbagai agen wisata belum mengalami signifikansi penurunan pasar wisatawan. Penurunan ataupun kenaikan wisatawan yang terjadi masih di ambang batas wajar.

Salah satunya diungkapkan Manager Marketing Communication & CRM Obaja Tour, Luciana Judosasmito mengatakan selama paket yang mereka tawarkan masih cocok ditambah promo-promo, masih akan stabil kedepannya.

"Sampai sekarang masih stabil, naik turunnya wajar. Mungkin mereka juga masih punya tabungan, dan merencanakannya jauh-jauh hari, kalender liburan juga kan udah di-publish jauh-jauh hari, sampai hari ini masih oke," tuturnya pada KompasTravel di KTF, Jakarta, Jumat (7/8/2018).

Hal yang sama juga dilontarkan Hari, Marketing Manager KIA Tour mengatakan sampai saat ini pembelian wisatawan Indonesia masih stabil, dan cenderung naik dari tahun kemarin.

"Sampai saat ini kenaikan dolar belum terlalu berpengaruh, karena masih baru juga mungkin. Harapannya si segera turun," tutur Hari di lokasi dan waktu yang sama.

Dari Smailing Tour, salah satu agen wisata yang juga di KTF mengaku wisatawan Indonesia lebih mensiasatinya dengan bepergian jarak dekat, atau bisa dikatakan minat ke luar Asia menurun.

"Dari agustus sebenernya kan dolar udah tinggi, tapi tetep banyak yang daftar. Hanya destinasinya aja yang ga jauh-jauh, ga terlalu lama, ngurang sehari paling," ujar Rocky Marketing Manager Smailing Tour.

Namun, yang dikhawatirkan jika kenaikan dolar terus berkepanjangan, maka penyesuaian kenaikan harga paket wisata dan tiketnya tidak terelakan. Harga paket pun akan naik, dan bisa mengurangi wisatawan Indonesia yang bepergian.

"Kalau kita ga signifikan (penurunannya) untuk yang internasional, tapi kalau berkepanjangan dampaknya wisatawan akan jadi lebih ke domestik, atau bahkan menurun wisatawannya," ujarnya Ita Marcomm Manager Dwidaya Tour.

Dari berbagai tur tersebut menghawatirkan jika kenaikan dolar bertahan hingga beberapa bulan, bahkan akhir tahun, karena bagian yang membengkak ialah biaya inland service, atau biaya tur di negara tujuan.

"Kalau penerbangan sih kita ngikutin harga dari maskapai ya, mereka juga pasti bersaing dengan promo-promonya. Tapi yang riskan itu biaya turnya, bis, makanan, hotel di sana kan curency-nya pake dolar," ucap Luciana Judosasmito pada KompasTravel.

Meski di negara yang tidak menggunakan dollar, menurutnya biaya-biaya tersebut pasti jadi yang paling berdampak. Ia sendiri belum bisa memutuskan strategi apa yang akan dipakai, dan masih mengamati kenaikannya sampai kapan dan sejauh mana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com