Banyak lagu-lagu daerah yang memberikan kebanggaan kepada perajin gola kolang, salah satu syairnya adalah “hale kolang kokor gola, kokor gola hale kolang”.
Sebelum bambu betong besar, gogong dengan ukuran dua sampai tiga meter itu menadah air nira, wae minse, terlebih dahulu dibersihkan bagian dalamnya yang berlubang dengan memakai ijuk hitam, bahasa setempat menyebutnya wunut.
Ada dua model ijuk hitam, yang keras dan halus. Jadi perajin, penderes mengambil ijuk hitam halus, wunut halus sebagai penyaring di mulut bambu betong besar ketika menadah air nira tersebut. Bahan itu digunakan untuk membersihkan sisa-sisa kotoran di dalam bambu betong besar, gogong itu di sebuah kolam, tiwu yang berada di sekitar pohon nira tersebut.
Kokor Gola Ramah Lingkungan
Sebelum air nira, wae minse berubah menjadi gula merah, penderes, perajin memanfaatkan bahan-bahan yang bersumber dari alam. Bahan-bahan itu seperti kayu untuk memukul batang, tewa raping. Kayu itu berukuran pendek, biasanya kayu ara dan kayu lainnya yang sesuai dengan pohon enau tersebut.
Kedua, bambu betong besar, gogong, untuk menadah air nira, wae minse. Ijuk hitam halus, wunut untuk menyaring air nira. Bambu kecil untuk tangga bagi penderes untuk naik ke pohon nira, rede. Pelepah pohon enau, bahasa setempet menyebutnya leka untuk membungkus batang gula.