Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Sewu Memiliki Keindahan yang Tak Dimiliki Kawasan Lain

Kompas.com - 15/09/2018, 21:10 WIB
Markus Yuwono,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gunung Sewu merupakan kawasan karst tropik terluas di Asia tenggara. Daerah ini secara administrasi termasuk wilayah Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta; Kabupaten Pacitan, JawaTimur; dan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Kawasan Gunung Sewu menjadi diangkat menjadi UNESCO Global Geopark memiliki perjalanan panjang. Tidak mudah untuk memperoleh kepercayaan badan dunia PBB itu dan ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia.

"Panjang perjalanannya, tetapi tidak banyak yang mengetahuinya," kata General Manager Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, Budi Martono saat dihubungi Rabu (12/9/2018).

Menurut Budi, awalnya sebelum tahun 2009 bernama Geopark Pacitan. Tahun 2010 diusulkan ke UNESCO, tetapi ditolak. September 2013 diusulkan menjadi geopark global. Namun hasil penilainnya ditunda harus dilengkapi terlebih dahulu.

Ada sembilan rekomendasi saat itu yang harus ditindaklanjuti.

"Setelah ditolak baru berganti nama Geopark Gunung Sewu, dan ditetapkan menjadi geopark nasional pada 13 Mei 2013 oleh Komite Nasional Geopark Indonesia," ucapnya.

Seorang warga menyaksikan bendera raksasa di Puncak Gunung Buchu, Sekitar Gunung Api Purba Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Senin (13/8/2018). KOMPAS.com/MARKUS YUWONO Seorang warga menyaksikan bendera raksasa di Puncak Gunung Buchu, Sekitar Gunung Api Purba Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Senin (13/8/2018).
Mantan Sekretaris Daerah Gunungkidul ini mengatakan, setelah ditindaklanjuti, pada tanggal 19 September 2015 Gunung Sewu dinobatkan sebagai anggota Global Geoparks Networks kedua dari Indonesia, setelah Geopark Gunung Batur pada 2012 pada “The 4th Asia-Pacific Geoparks Network (APGN), San'in Kaigan Symposium”, Tottori-Jepang.

Geopark Gunung Sewu memiliki luas hingga mencapai 1.802 kilometer persegi yang terbagi menjadi tiga geoarea, yaitu Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan.

Adapun masing-masing kawasan memiliki geosite yakni Gunungkidul 13 lokasi, Wonogiri memiliki 7 lokasi, dan Pacitan memiliki 13 lokasi.

"Geologi Daerah Gunung Sewu merupakan hasil dari proses-proses deposisi dan tektonik, serta proses permukaan, menghasilkan hamparan batuan karbonat dengan variasi bentuk bentang alam, berbagai fosil, struktur deformasi, dan keunikan hidrogeologi," katanya

"Bentukan khas 'conical hills' yaitu bentukan deretan bukit-bukit kecil yang jumlahnya ribuan diperkirakan 40.000 bukit, sehingga disebut dengan pegunungan seribu (Gunung Sewu)," ucapnya.

Para Pengunjung Memasuki Gua Kalisuci, Semanu, GunungkidulKompas.com/Markus Yuwono Para Pengunjung Memasuki Gua Kalisuci, Semanu, Gunungkidul
Dengan tiga kawasan tersebut, Geopark Gunung Sewu menjadi destinasi wisata yang lengkap, mulai dari pantai kawasan Gunungkidul, beragam goa di Pacitan, hingga industri kreatif masyarakatnya.

"Kawasan Gunung Sewu juga menjadi daerah penelitian berbagai aspek ilmu pengetahuan. Contohnya geologi,air tanah, biologi, arkeologi, sejarah alam, budaya dan sebagainya," tuturnya.

Geopark merupakan konsep untuk mensejahterakan masyarakat lokal berbasis konservasi warisan geologi (geo heritage). "Dalam geopark setidaknya harus terkandung 3 unsur penting yaitu: pendidikan, ekonomi dan konservasi.

Tahun 2019 akan dilakukan revalidasi atau penilaian ulang terkait apakah Gunung Sewu masih layak sejajar dengan warisan dunia lainnya. Atau harus turun kasta. "Perlu dukungan semua pihak agar Gunung Sewu tetap bertahan di UNESCO," ujarnya.

Adapun geosite geoarea Gunungkidul meliputi: Goa Pindul, Goa Jomblang, Goa Kalisuci, Gunung Api Purba Nglanggeran, Lembah Ngingrong, Bengawan Solo Purba, Hutan Turunan, Hutan Wanagama, Pantai Wediombo/Siung, Pantai Baron/Krakal, Situs Fosil Kalingalang, Luweng Cokro, dan Goa Jlamprong.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com