ENDE, KOMPAS.com - Hari Rabu, 12 September 2018, saya berangkat jam 08.00 Wita dari Kota Waelengga, ibu kota Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan mobil menuju ke Kota Ende.
Perjalanan darat dari arah Barat ke Timur membutuhkan ketahanan fisik yang prima karena jalan Transflores dari Aimere sampai di pertigaan Terminal Watu Jaji ditempuh dengan jalan berkelok-kelok.
Bahkan, seorang yang tidak mampu berhadapan jalan berkelok-kelok itu akan muntah dalam perjalanan.
Baca juga: Parade Laut, Cara Ende Mengenang Kedatangan Bung Karno...
Jalan Transflores yang berkelok-kelok yang di rintis Belanda dan diteruskan oleh Jepang zaman itu merupakan salah satu keunikan jalan raya di daratan Pulau Flores. Turis asing dan nusantara juga tertarik dengan keunikan jalan raya di Pulau Flores.
Ini juga bagian dari tantangan bagi wisatawan untuk lebih mengenal keunikan alam Pulau Flores. Selain itu bagi turis asal Belanda bisa mempelajari jejak-jejak yang dilakukan selama menguasai Indonesia.
Baca juga: Pancasila, Teringat Bung Karno dan Kota Ende
Sebelum masuk ke Terminal Watu Jaji, Kabupaten Ngada, kita melihat puncak Gunung Inerie yang tegak dan menjulang ke langit.
Baca juga: Deko Ipung Le Sempe, Tradisi Ramah Lingkungan di Kolang Flores
Sesungguhnya di bagian kiri kanan jalan transflores dari Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat sampai di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur dengan jarak 705 kilometer memikat mata para pelancong.
Pasalnya selama perjalanan, gunung, bukit dan lembah, pesisir pantai sangat elok dipandang.
Memasuki kawasan Aegela, mobil melintasi jalan menurun menuju ke kawasan Nangaroro. Kiri kanan jalan tumbuh subur pohon kelapa dan pohon-pohon mahoni.
Baca juga: Tiga Kampung Adat yang Memukau di Lembah Jerebuu Flores
Selanjutnya dari Nangaroro jalan lurus sampai di kawasan Nangapanda. Nangapanda sudah masuk Kabupaten Ende yakni kampung perbatasan antara Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Ende.
Melintasi Nangapanda, kita bisa melihat bagian kanan jalan saat dari arah Barat dengan pantai batu biru. Batu biru selalu dipakai untuk bahan-bahan bangunan dan diekspor ke luar negeri. Namun batu biru itu tak pernah habis.
Siapapun yang berwisata ke Pulau Flores selalu mengungkapkan kekaguman demi kekaguman dan tak bosan untuk mengunjungi kembali Pulau Flores.
Akhirnya mobil memasuki kota Ende. Kota ini terkenal dengan sebutan Kota Pancasila karena pendiri bangsa dan presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno pernah diasingkan oleh Belanda di pulau terpencil itu.