"Saat itu melalui Babalan-Jati (Kecamatan Jati Kudus), getek yang dinaiki Mbah Sipah melewati rawa atau rowo, atau balong. Daerah itu dinamakan Karangrowo. Karang berarti panggonan, dan rowo adalah balong," ungkap Heri.
Pembina Asosiasi Desa Wisata Kudus, Mutrikah mengatakan sejak awal pihaknya mendorong setiap desa di Kudus menyelenggarakan atraksi-atraksi seni dan budaya agar bisa dipromosikan ke masyarakat luas.
Melalui pergelaran seni dan budaya termasuk kuliner, maka potensi yang ada di desa setempat juga bisa ikut dipromosikan kepada masyarakat luas.
"Saat semua desa wisata di Kudus memiliki jadwal atraksi wisata tahunan, tentunya kegiatan tersebut bisa dimasukkan ke dalam kalender tahunan Kabupaten Kudus.
Beberapa desa di Kudus yang menyandang status desa rintisan wisata juga menyelenggarakan atraksi seni dan budaya, seperti Desa Kaliputu, Desa Kaliwungu, Wonosoco, Loram Kulon, Jepang, Rahtawu, Colo, Terban, Kandangmas, serta Margorejo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.