KABARE, KOMPAS.com – Levy Unmenhopa (16) berdiri tanpa alas kaki dan mengenakan pakaian tradisional Papua. Badannya tegap sambil menggendong tambur yang menutupi dadanya.
Levy dan teman-temannya berbaris menunggu giliran untuk tampil memainkan suling tambur di Kampung Kabare, Distrik Waigeo Utara, Kabupaten Raja Ampat, Papua.
Bersama 24 orang lainnya, Levy mewakili peserta Festival Suling Tambur 2018 dari Kota Waisai. Ada yang menjadi mayoret, memainkan suling bambu, dan menabuh tambur.
Dari depan dermaga Pelabuhan Kabare, Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati sudah bersiap melepas peserta pertama.
Sejumlah warga juga telah berkerumun di depan dermaga maupun sepanjang jalan, meski cuaca panas terik pagi itu. Saat itu baru pukul 08.00 WIT, tapi sinar matahari terasa seperti siang hari.
Baca juga: Meriahnya Festival Suling Tambur di Raja Ampat...
Meski begitu, tak terlihat kaki-kaki kepanasan menginjak jalan yang beraspal, tanah, hingga berbatu dari para peserta yang semuanya tak mengenakan alas kaki itu.
Warga setempat dan pengunjung juga antusias meramaikan Festival Suling Tambur yang baru dua kali digelar di Raja Ampat ini. Ada 14 kelompok dari berbagai distrik di Papua Barat yang mengikuti perlombaan di Festival Suling Tambur yang digelar pada 24-25 September 2018.
Antusias warga dan peserta menjadi harapan bahwa kesenian suling tambur akan lebih dikenal masyarakat dan terus dilestarikan.
"Paling penting bagaimana kearifan lokal, seni budaya ini kita pelihara dengan baik," kata Abdul Faris.
Baca juga: Ini Tren Destinasi di Raja Ampat yang Kian Ramai Dikunjungi
Warisan Raja Ampat
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.