Dahulu, menurut Dedi, Neron berasal dari nama seseorang di masyarakat adat Lembak. Neron ahli pembuat gula merah dari kelapa. Setiap hari ia sisihkan air nira kelapa untuk membuat gula merah dan air nira manis untuk diminum.
"Jadi warga dulu kalau mau minum sambil ngobrol ke rumah Neron hingga saat ini Neron di Lembak identik dengan minum kopi atau teh sambi bercerita atau silahturahmi," jelasnya.
Mengapa Kopi?
Dahulu saat Inggris menjajah, warga adat Lembak dipaksa menanam paksa kopi. Masyarakat tidak boleh mencicipi buah kopi. Kecuali warga menjadikan daun muda kopi sebagai teh dicampur gula merah.
Lalu terkenal juga istilah Neron Seketep. Yakni menikmati daun kopi yang direbus seperti teh lalu minumnya sambil menggigit gula merah.
"Minum kopi dari buah saat itu hal istimewa bagi masyarakat Lembak. Makanya kopi gratis ini sebagai simbolisasi kebebasan masyarakat dari kebodohan dan penjajahan," kata Dedi.
Ia berharap kegiatan "Neron Gratis" di tepi Danau Dendam Tak Sudah menjadi kegiatan wisata andalan Bengkulu. Ia mengundang masyarakat umum dan pemerintah ikut meramaikan kegiatan seminggu sekali ini.
Komunitas Tobo Berendo, pelaksana kegiatan merupakan komunitas peduli danau dendam. Selama ini banyak kegiatan yang dilakukan untuk menjaga kelestarian danau. Kegiatan diantaranya aksi bersih, pembersihan poster di pohon, seni budaya dan ekonomi kreatif. Komunitas ini banyak diisi oleh kaum muda.
Danau Dendam Tak Sudah terletak di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Selebar, dan Kecamatan Talang Empat, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu. Lebih tepatnya berjarak sekitar 6 km dari pusat Kota Bengkulu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.