Proses produksi pun dimulai, wisatawan bisa mengikuti mulai tahap panen pucuk daun lontar yang baru berusia tiga bulan. Daun kuning ini diambil dari pohon lontar dengan ketinggian lima hingga 20 meter.
Setelah itu, masuk taham penyuiran. Kali ini wisatawan bisa ikut mencoba, menyuir, memisahkan daun dengan tulangnya, dalam beberapa ukuran, sesuai keperluan anyaman.
Proses selanjutnya ialah pengawetan daun, dengan cara merebusnya di air mendidih, menjemurnya, lalu direbus kembali agar membunuh mikroba yang menyebabkan mudah lapuknya daun.
"Pertama daun direbus, sampai airnya mendidih sekitar lima menit. Nanti di bolak-balik, terus dijemur, jangan lupa rebus lagi sekitar tiga menitan," kata Marni, sembari mempraktekkan di depan wisatawan.
Daun pun direbus dalam cairan pewarna, selama sekitar lima menit, jagan lupa dibolak balik, untuk mendapatkan warna yang merata. Setelah itu baru dijemur dalam terik matahari.
Proses terakhir ialah penganyaman, dalam proses ini daun pucuk daun lontar disulap sedemikian rupa, menjadi hasil karya yang fungsional. Seperti keranjang, tikar, aneka wadah.
Untuk membuat barang yang memiliki fungsi sesuai perkembangan zaman, anyaman tersebut dikombinasikan dengan bahan-bahan non lontar. Seperti kulit, sponge, kayu, dan lainnya, menjadi dompet, sandal, topi, tas, dan banyak lagi.
Sayangnya, untuk membeli karya-karya anyaman Du'Anyam harus ke Jakarta, karena barang-barang yang di produksi di rumah anyam ini hanya dibuat berdasarkan pesanan.
Dari sini Anda bisa melihat kegigihan mamak-mamak Flores Timur, keluar dari keterbatasan ekonomi dan kekurangan gizi, lewat karya tradisionalnya. Hasil karya tersebut ini banyak di ekspor ke berbagai benua, termasuk Eropa dan Amerika.
"Hibah yang diberikan memungkinkan wirausaha sosial untuk menjadi role model bagi lingkungan dan negara mereka, memperbaiki dan meningkatkan bisnis sosial mereka saat ini, agar dapat memberikan dampak sosial yang lebih besar," kata Sharon Issabela, Public Relation and Community Relation DBS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.