Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkunjung ke Sentra Kacang Mete Organik di Flores Timur

Kompas.com - 21/10/2018, 19:18 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

FLORES TIMUR, KOMPAS.com - Saat berlibur ke Flores Timur, Anda akan melihat cukup banyak perkebunan mete di jalan raya. Selain keindahan lautnya, kabupaten ini juga merupakan penghasil mete berkualitas di Indonesia dan internasional.

Kontur tanahnya yang unik dan pengolahan yang baik membuat kualitas kacang mete menjadi berbeda dari yang lain. Itulah yang membuat kacang mete khas Flores Timur diterima berbagai negara di dunia.

Jika penasaran dengan keistimewaannya, Anda bisa berkunjung ke Unit Pengolahan Hasil (UPH) Mete Puna Liput, Desa Ilepadung, Kecamatan Lewolema, Flores Timur. UPH sederhana ini adalah salah satu pabrik yang menghasilkan mete berkualitas.

Kepala UPH sekaligus tetua adat di desanya Gabriel Belawa Maran (53) mengatakan semua proses yang dilakukan dari kebun hingga pengolahan bersifat organik.

"Dari mulai panen pun tunggu buah jatuh. Tanpa pestisida, khusus di kebun-kebun desa," tuturnya saat dikunjungi KompasTravel, dalam acara DBS Daily Kindness Trip, Jumat (12/10/2018).

dalam acara DBS Daily Kindness Trip, Jumat (12/10/2018).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anyaman Flores Timur Makin Dikenal Dunia", https://travel.kompas.com/read/2018/10/18/152702027/anyaman-flores-timur-makin-dikenal-dunia.
Penulis : Muhammad Irzal Adiakurnia
Editor : Wahyu Adityo Prodjo

Kacang di sini berasal dari 87 hektar kebun desa, dan menghasilkan sekitar 140 ton mete kotor yang belum dibuka dari kulitnya. Panen mete di Flores Timur, berlangsung tiap bulan, tetapi paling banyak pada Juni-Desember.

Proses pengolahan organik

Proses produksi cang mete di Unit Pengolahan Hasil Mete Punaliput, di Desa Ilepadung, Lewolema, Flores Timur.KOMPAS.com/MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Proses produksi cang mete di Unit Pengolahan Hasil Mete Punaliput, di Desa Ilepadung, Lewolema, Flores Timur.
KompasTravel sempat mengikuti proses pengolahannya setelah kacang mete dipanen. Tahap pertama ialah mete disortir menggunakan air. Kualitas terbaik ialah biji yang tenggelam, dipisahkan dengan yang terapung.

"Tenggelam itu berarti isinya padat, kualitas bijinya bagus," tutur orang asli Suku Maran yang kerap dipanggil Ebiet itu.

Biji mete yang masih dengan kulitnya tersebut dinamai kancip. Kancip pun langsung dioven dalam 45 derajat, sekitar dua jam. Lanjut dengan menjemurnya selama dua hari, hingga menurunkan kadar air 50 persen.

Setelah itu mete yang masih terbungkus kulit tadi dibuka satu persatu dengan alat pengupas, bau asli mete pun semerbak keluar dari sisa cairan di kulitnya.

"Kalau tadi tidak dioven akan sulit dibuka, mudah hancur nanti," tuturnya Ebiet.

Setelah itu ialah proses sortasi mete yang hancur akibat pembukaan kulit, dipisahkan dengan yang utuh. Terakhir mete dioven kembali selama tiga jam untuk mengeluarkan rasa aslinya.

Mete yang sudah dioven menghasilkan rasa yang creamy, dan kering. Menurut Ebiet banyak yang lebih suka seperti ini ketimbang harus digoreng lagi dengan minyak.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com