Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Ikut Memanen Madu Hutan Flores, Sempat Disengat Lebah!

Kompas.com - 23/10/2018, 14:30 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

FLORES TIMUR, KOMPAS.com - Salah satu hasil bumi yang terkenal di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) ialah madu hutannya. Membawanya untuk oleh-oleh mungkin sudah biasa, bagaimana jika melihat proses memanennya?

KompasTravel sempat mengikuti panen madu hutan, dari salah satu produsen madu hutan Rumadu, Sabtu (13/10/2018). Kegiatan ini dijadikan salah satu atraksi wisata kerja sama dengan Du Anyam, dan Rumadu.

Sebelum menuju hutan tempat panen madu, KompasTravel berkesempatan melihat proses pengolahan pasca-panen madu hutan flores. Dari cairan madu yang didapat di lapangan, akan disaring dalam bejana stainless steel sebelum dikemas.

"Semua produk nanti akan masuk bejana ini dengan saringan kain berpori yang amat rapat. Sehingga semua kotoran yang paling kecil pun tersaring," tutur Yohanes Lewonamang Hayong, pemilik Rumadu, madu hutan flores di Desa Duntana, Flores Timur.

Yones, pengusaha madu hutan flores sedang menerangkan bagaimana mengolah madu hutan agar tetap murni tanpa campur tangan apapun, di rumah produksi Rumadu, Konga, Flores Timur, NTT, Sabtu (13/10/2018).KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Yones, pengusaha madu hutan flores sedang menerangkan bagaimana mengolah madu hutan agar tetap murni tanpa campur tangan apapun, di rumah produksi Rumadu, Konga, Flores Timur, NTT, Sabtu (13/10/2018).
Menurut pria yang akrab disapa Ones, proses ini hampir sama sekali tidak ada campur tangan teknologi, apalagi rekayasa hasil madu. Dengan kata lain, madu itu benar-benar murni apa adanya.

Dalam bejana berukuran sekitar 60 liter itu, madu disaring dan diendapkan satu kali 24 jam sebelum dikemas. Hal ini untuk memisahkan zat lain yang ada di dalam madu, seperti polen akan terpisah mengapung atau mengendap di bawah.

Setelah puas berbincang tentang pengolahan madu, kami bergegas menaiki mobil produksi menuju hutan tempat panen. Ones mengatakan saat ini madu di alam sangat melimpah, atau musim utamanya panen madu.

Saat ini Rumadu mengolah hasil panen dari lima desa, dua di Flores Timur, dan Tiga di Kabupaten Sikka, NTT. Kali ini hutan yang kita tuju di Talibura, Sikka. Perjalanan dari Dun Tana, Flores Timur ke Talibura, Sikka memakan waktu dua jam lebih.

Salah satu pemanen madu hutan flores sedang memanen madu diatas pohon dengan ketinggian 25 meter, di Duntana, Flores Timur, NTT, Sabtu (13/10/2018).KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Salah satu pemanen madu hutan flores sedang memanen madu diatas pohon dengan ketinggian 25 meter, di Duntana, Flores Timur, NTT, Sabtu (13/10/2018).
Dalam perjalanan, kami melewati hutan-hutan yang juga tempat lebah bersarang, tetapi bukan itu lokasinya. Ada juga hutan-hutan yang telah dibakar, akibat kebiasaan lama masyarakat Flores Timur yang berkebun dan sering berpindah lahan dengan cara dibakar.

"Ini yang menyebabkan habitat lebah rusak, bagaimana mau bersarang, pohonnya saja habis, asapnya kemana-mana, bikin lebah lari," tuturnya menggerutu.

Sesampainya di hutan masyarakat, Desa Talibura, Sikka, dua orang pemanen telah siap dengan peralatannya. Satu orang pemanjat, dan satu lagi yang mengkatrol peralatan juga hasil madu ke bawah.

"Kita panen lestari yah, pake peralatan, higienis, jangan tebang habis sarang tapi kasih potong kepala sarang saja," tutur Ones, mengkordinir para pemanen dari desa ini.

Tidak lama setelah berkordinasi dan berdoa, salah satu pemanen mulai memanjat pohon dengan ketinggian sekitar 40 meter. Terdapat satu sarang yang sudah siap di panen.

KompasTravel dan beberapa wisatawan yang ikut pun serius mengamatinya, semua mata tertuju ke dahan tempat sarang lebah berada. Asap mulai mengepul dari ilalang yang dibakar, guna mengalihkan perhatian lebah dari sarangnya.

Detik demi detik begitu dinanti. Lebah yang mulai menyebar membuat suasana menegangkan. Beberapa wisatawan mulai menjauh perlahan dari pohon karena lebah, ada yang mulai merunduk, ada yang masih khidmat menyaksikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com