“Kalau dulu saya nggak punya modal menghutang, sekarang tanpa itu bisa. Sekarang banyak orang yang pengen gabung dengan sistem investor. Mereka beli sama kita, saya yang nyari tenaganya dari Tegal dan sekitarnya, jadi mereka nanti bisa dagang tanpa modal, tapi dengan sistem bagi hasil. Misalnya dapat untung Rp 10.000.000 yah mereka bagi 50:50. Yang kelola Rp 5.000.000, investornya dapat Rp 5.000.000,” katanya.
Ia juga menjualkan konsepnya dengan harga Rp 110.000.000 untuk kios kecil dan sedang dengan ukuran kios sekitar 3 x 10 meter dan 4 x 10 meter.
“Itu sudah kami desain, perabot, tinggal penambahannya ongkos orang yang berangkat dari desa dan modal awal dengan kisaran 5 juta. Sewanya dibayar investor. Ini sistem jual putus, ini kami nggak ambil royalti,” kata Sayudi.
Mitranya pun tak hanya orang Tegal saja, tetapi Sahyudi mengaku memiliki banyak mitra dan investor yang berasal dari daerah lain di Indonesia.
“Sekarang saya sudah mau punya 7 cabang lagi yang bukan merek Kharisma. Saya mengembangkan merek lain dengan sesuatu yang baru lagi. Ciri-cirinya beda. Kalau Kharisma, (warna) kuning dan hijau," katanya.
"Kalau yang satunya lagi Mamoka dengan ciri khas warna hijau sama orange. Terus kalau di Mamoka sendiri setiap jam 11 sampai jam 2 makan serba Rp 10.000. Tapi 10.000 untuk semua lauk. Makan mau 3 lauk pun cuma 10 ribu,” tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.