“Saat ini warga Kampung Mesi dari lima rumah gendang dan seluruh warga Desa Ranakolong dan desa-desa tetangga tidak lagi tertarik untuk menanam lepang, ghozu (sorgum), e’lar atau ghela di ladang-ladang melainkan padi dan jagung. Memang zaman dulu, lepang, ghozu dan e’lar atau ghela ditanam bersamaan dengan padi dan jagung dalam sebuah ladang, tidak ditanam secara terpisah,” katanya.
Perempuan Dilarang Makan Kolo
Tandang memaparkan, saat ritual Kolo Kabe di pusat kampung, baik di kampung Mesi maupun kampung-kampung lainnya di seluruh Manggarai Timur, perempuan dilarang makan Kolo bersama laki-laki di pusat kampung.
Hanya kaum laki-laki saja yang diperbolehkan makan Kolo di tengah kampung, walaupun segala sesuatu disiapkan dan dihidangkan kaum perempuan.
Perempuan bisa menghidangkan berbagai jenis menu makanan dan lauk pauknya, namun selesaikan dihidangkan lantas dibiarkan di tengah kampung tersebut dan selanjutnya dihidangkan oleh laki-laki. Perempuan berada di rumah masing-masing.
Tandang menjelaskan, selama tradisi Kolo Kabe dilangsungkan dilarang menabuh gendang dan gong di dalam rumah gendang maupun rumah-rumah warga pada siang hari. Pada malam hari diperbolehkan oleh tua teno dan tua adat di masing-masing rumah gendang.
Menurut Wenseslaus, larangan kaum perempuan tidak makan kolo sudah diwariskan oleh nenek moyang dan tidak boleh dilanggar oleh keturunannya. Hanya kaum laki-laki saja yang makan kolo. Dikisahkan secara turun temurun bahwa saat kaum laki-laki pergi berperang di zaman dulu, kaum laki-laki menyiapkan hidangan makanan bagi diri sendiri
Selain itu, saat membuka kebun ladang, kaum laki-laki yang mampu menebang pohon besar dan menyediakan hidangan makanan di kebun ladang. Kolo di makan oleh kaum laki-laki sebagai tanda penghormatkan terhadap seorang laki-laki yang bertanggung jawab mengurus keluarga dan berbagai keperluan lainnya di dalam keluarga.
Wenseslaus menjelaskan, perempuan boleh makan kolo hanya di dalam rumah masing-masing. Itupun kalau ritual adat di pusat kampung sudah dilaksanakan dan kaum laki-laki sudah selesai makan kolo.
“Tradisi Kolo Kabe di kampung Mesi sudah disepakati bersama untuk dilaksanakan setiap tahun. Ini juga moment untuk mempromosikan kepada dunia luar tentang ritual adat yang unik di kampung-kampung di seluruh Kota Komba,” jelasnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.