Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Shelter Pendakian Gunung di Indonesia Belum Layak untuk Pendaki

Kompas.com - 26/10/2018, 20:06 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – Kondisi shelter atau fasilitas perlindungan pendakian gunung di Indonesia di Indonesia dinilai belum layak untuk digunakan pendaki. Indonesia masih harus mengembangkan shelter pendakian demi menunjang keamanan dan kenyamanan pendaki saat mendaki gunung.

Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, Ronnie Ibrahim mengatakan shelter pendakian di Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan pendaki. Ia menyebutkan fasilitas-fasilitas seperti toilet, sumber air, dan tempat beristirahat belum tersedia di gunung-gunung Indonesia.

“Saat ini (shelter pendakian) masih jauh dari baik. Misalnya di Gunung Gede, yang dekat dari Jakarta dan jadi gunung yang tamunya banyak. Shelternya masih jelek. Belum ada yang representatif,” kata Ronnie kepada KompasTravel di sela-sela acara Lomba Pesona Desain Shelter dan Pengukuhan DPP IATTA di Kementerian Pariwisata, Jumat malam.

Tak maksimalnya perawatan shelter pendakian juga menjadi sorotan Ronnie. Ia menyebut perawatan menjadi salah satu upaya untuk menjaga kondisi shelter pendakian.

“Atau mungkin shelternya dibangun dengan spesifikasi yang tak memadai. Pemakaian materi yang suitable dengan alam,” jelasnya.

Sejumlah pendaki melintasi shelter pendakian Pos Cigowong Gunung Ciremai via jalur Palutungan, Kuningan, Jawa Barat, akhir Juli 2018.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Sejumlah pendaki melintasi shelter pendakian Pos Cigowong Gunung Ciremai via jalur Palutungan, Kuningan, Jawa Barat, akhir Juli 2018.
Pemandu wisata pendakian gunung, Rahman Mukhlis menyebut shelter pendakian yang layak dinilai dari kebersihan dan ketersediaan fasilitas toilet. Fungsi untuk beristirahat juga merupakan standar yang mesti dipenuhi oleh penyedia shelter pendakian.

“Atau istirahat dalam waktu tertentu, misalnya sakit harus bermalam dulu. Jadi ada fungsi fasilitas itu yang membuat aman dan nyaman pendaki. Kalau bisa harapannya di setiap shelter pendakian itu ada semacam pos medis, komunikasi. Jadi kalau ada kejadian, bisa termonitor dari pos terdekat ke bawah,” kata Rahman kepada KompasTravel di kesempatan yang sama.

Ia menyebut shelter pendakian di Indonesia belum ada yang bisa memenuhi kebutuhan pendaki. Padahal, fasilitas shelter pendakian merupakan salah satu penilaian utama dari pendaki.

“Pendaki jadi malas singgah, jadi lebih baik buat tenda, flysheet atau duduk di tanah. Walaupun gak kapok untuk datang, pendaki itu kadang-kadang kritis aja kasih tahu kondisi shelter ke petugas, diunggah ke media sosial, atau jadi obrolan lintas komunitas,” ujarnya.

Pendaki melewati salah satu shelter pendakian Gunung Slamet via jalur Bambangan, Purbalingga, Jawa Timur yang dibangun dari batang kayu dan seng.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pendaki melewati salah satu shelter pendakian Gunung Slamet via jalur Bambangan, Purbalingga, Jawa Timur yang dibangun dari batang kayu dan seng.
Dari pengamatan KompasTravel, shelter pendakian beberapa gunung di Indonesia hanya berupa pondok kecil tanpa tersedia fasilitas toilet dan tempat beristirahat. Shelter pendakian juga umumnya merupakan bangunan semi permanen yang dibangun oleh warga kaki gunung untuk berjualan.

Pendaki umumnya duduk di sekitar jalur pendakian saat beristirahat bila tak ada shelter. Shelter pendakian terkadang juga digunakan sebagai tempat mendirikan tenda oleh pendaki.

Perwakilan tim yang meraih Juara 1 Lomba Pesona Desain Shelter Kementerian Pariwisata, Aditya mengatakan kolaborasi lintas sektoral menjadi kunci untuk mewujudkan shelter pendakian yang layak. Ia menyebut perlu adanya kerjasama antara arsitek, pendaki, dan pemangku kepentingan seperti pemerintah untuk membahas desain shelter pendakian.

“Kalau secara desain, masih banyak yang belum melibatkan arsitek. Karena saya sebagai desainer itu berdasarkan pengalaman empirisnya dari riset. Jadi perlu ada kolaborasi bersama pendaki,” ujar Aditya kepada KompasTravel.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata, Dadang Rizky Ratman mengatakan pemerintah telah mengadakan lomba desain shelter salah satunya yakni pendakian gunung. Dadang menyebut pasca-lomba desain shelter, pihaknya akan memperkenalkan pemenang lomba desain-desain shelter kepada industri wisata yang ingin membangun shelter pendakian.

Bangunan semi permanen di jalur pendakian Gunung Ciremai via jalur Palutungan tepatnya di Pos Cigowong, Jawa Barat. Bangungan itu digunakan sebagai warung oleh masyarakat setempat dan tempat beristirahat pendaki.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Bangunan semi permanen di jalur pendakian Gunung Ciremai via jalur Palutungan tepatnya di Pos Cigowong, Jawa Barat. Bangungan itu digunakan sebagai warung oleh masyarakat setempat dan tempat beristirahat pendaki.
Kementerian Pariwisata mengumumkan Lomba Desain Shelter 2018 yang telah diikuti oleh 474 peserta dari 13 provinsi di Indonesia. Pemenang Kategori Shelter untuk Pendakian Gunung yakni; Vogelkop Jew, Rumah Utan, Saung Pratama, Mangkujani, dan Leyeh-Leyeh Papandayan. 

Untuk kategori Shelter Arum Jeram yakni; Pangiyupan, Pusatan, Ombak Banyu, Dangau Saujana, dan Beauty Of Indonesia's Nature.

Sementara  kategori Shelter Penelusuran Gua yakni;  Sheltalagmit, SpeleoHub Shelter, Luweng Grubug, Watu Lindung, dan Giya Prabaswara. Di Kategori Shelter untuk Dirgantara ada Origami - Craft, Bali Flying Point, Siulakhosa - Shelter Di Atas Langit, Selayang Pandang, dan The Iconic Shelter.

Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata, sektor wisata petualangan di Indonesia memberikan kontribusi kunjungan wisatawan sekitar 25 persen dari total keseluruhan kontribusi wisata alam. Wisata petualangan sendiri terdiri dari tiga jenis yaitu nusa, tirta, dan dirga.

Jumlah pendaki sepanjang tahun 2016 dari data statistik kunjungan pendaki Balai Taman Nasional Gunung Rinjani tercatat sebanyak 91.412 orang. Dari jumlah tersebut, 30.847 orang adalah wisatawan mancanegara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com